Mandi janabah/mandi wajib memiliki dua cara:
- Tata cara mandi janabah/junub secara sederhana namun telah mencukupi/sah adalah cukup dengan mengucapkan ataupun berniat dalam hati, kemudian mengguyurkan/menyiramkan air ke seluruh tubuh secara merata hingga mengenai seluruh rambut dan kulitnya. (Lihat Al-Minhaj, 3/228)
- Mandi janabah/wajib secara sempurna terdiri dari beberapa langkah yakni:
1. Niat
Sebelum memulai mandi
janabah, maka suatu kewajiban untuk berniat dalam hati. Karena niat
merupakan pembeda antara mandi biasa dengan mandi wajib. Hal ini
dipertegas dengan sabdah:
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam:
“Telah menceritakan kepada kami Al Humaidi Abdullah bin Az Zubair dia berkata, Telah menceritakan kepada kami Sufyan yang berkata, bahwa Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Sa'id Al Anshari berkata, telah mengabarkan kepada kami Muhammad bin Ibrahim At Taimi, bahwa dia pernah mendengar Alqamah bin Waqash Al Laitsi berkata; saya pernah mendengar Umar bin Al Khaththab diatas mimbar berkata; saya mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Semua perbuatan tergantung niatnya, dan (balasan) bagi tiap-tiap orang (tergantung) apa yang diniatkan; Barangsiapa niat hijrahnya karena dunia yang ingin digapainya atau karena seorang perempuan yang ingin dinikahinya, maka hijrahnya adalah kepada apa dia diniatkan" (HR. Bukhari No. 1)
2. Mencuci kedua telapak tangan sebelum memasukkannya ke dalam wadah air
Hal ini sebagaimana yang diceritakan oleh ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha :حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ يُوسُفَ قَالَ أَخْبَرَنَا مَالِكٌ عَنْ هِشَامِ بْنِ عُرْوَةَ عَنْ أَبِيهِ عَنْ عَائِشَةَ زَوْجِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَأَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا اغْتَسَلَ مِنْ الْجَنَابَةِ بَدَأَ فَغَسَلَ يَدَيْهِ ثُمَّ يَتَوَضَّأُ كَمَا يَتَوَضَّأُ لِلصَّلَاةِ ثُمَّ يُدْخِلُ أَصَابِعَهُ فِي الْمَاءِ فَيُخَلِّلُ بِهَا أُصُولَ شَعَرِهِ ثُمَّ يَصُبُّ عَلَى رَأْسِهِ ثَلَاثَ غُرَفٍ بِيَدَيْهِ ثُمَّ يُفِيضُ الْمَاءَ عَلَى جِلْدِهِ كُلِّهِ
“Telah menceritakan kepada kami
'Abdullah bin Yusuf berkata, telah mengabarkan kepada kami Malik dari
Hisyam bin 'Urwah dari Bapaknya dari 'Aisyah isteri Nabi shallallahu
'alaihi wasallam, bahwa jika Nabi shallallahu 'alaihi wasallam mandi
karena janabat, beliau memulainya dengan mencuci kedua telapak
tangannya, kemudian berwudlu sebagaimana wudlu untuk shalat, kemudian
memasukkan jari-jarinya ke dalam air lalu menggosokkannya ke kulit
kepalanya, kemudian menyiramkan air ke atas kepalanya dengan cidukan
kedua telapak tangannya sebanyak tiga kali, kemudian beliau mengalirkan
air ke seluruh kulitnya." (HR Bukhari no. 240, Muslim no. 474)
Mencuci bersih kedua telapak tangan dan dilakukan setidaknya sebanyak 2
(dua) atau 3 (tiga) kali. Hal ini tertera dalam riwayat lainnya dari Maimunah radhiyallahu ‘anha ;:و حَدَّثَنِي عَلِيُّ بْنُ حُجْرٍ السَّعْدِيُّ حَدَّثَنِي عِيسَى بْنُ يُونُسَ حَدَّثَنَا الْأَعْمَشُ عَنْ سَالِمِ بْنِ أَبِي الْجَعْدِ عَنْ كُرَيْبٍ عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ حَدَّثَتْنِي خَالَتِي مَيْمُونَةُ قَالَتْأَدْنَيْتُ لِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ غُسْلَهُ مِنْ الْجَنَابَةِ فَغَسَلَ كَفَّيْهِ مَرَّتَيْنِ أَوْ ثَلَاثًا ثُمَّ أَدْخَلَ يَدَهُ فِي الْإِنَاءِ ثُمَّ أَفْرَغَ بِهِ عَلَى فَرْجِهِ وَغَسَلَهُ بِشِمَالِهِ ثُمَّ ضَرَبَ بِشِمَالِهِ الْأَرْضَ فَدَلَكَهَا دَلْكًا شَدِيدًا ثُمَّ تَوَضَّأَ وُضُوءَهُ لِلصَّلَاةِ ثُمَّ أَفْرَغَ عَلَى رَأْسِهِ ثَلَاثَ حَفَنَاتٍ مِلْءَ كَفِّهِ ثُمَّ غَسَلَ سَائِرَ جَسَدِهِ ثُمَّ تَنَحَّى عَنْ مَقَامِهِ ذَلِكَ فَغَسَلَ رِجْلَيْهِ ثُمَّ أَتَيْتُهُ بِالْمِنْدِيلِ فَرَدَّهُو حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الصَّبَّاحِ وَأَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ وَأَبُو كُرَيْبٍ وَالْأَشَجُّ وَإِسْحَقُ كُلُّهُمْ عَنْ وَكِيعٍ ح و حَدَّثَنَاه يَحْيَى بْنُ يَحْيَى وَأَبُو كُرَيْبٍ قَالَا حَدَّثَنَا أَبُو مُعَاوِيَةَ كِلَاهُمَا عَنْ الْأَعْمَشِ بِهَذَا الْإِسْنَادِ وَلَيْسَ فِي حَدِيثِهِمَا إِفْرَاغُ ثَلَاثِ حَفَنَاتٍ عَلَى الرَّأْسِ وَفِي حَدِيثِ وَكِيعٍ وَصْفُ الْوُضُوءِ كُلِّهِ يَذْكُرُ الْمَضْمَضَةَ وَالِاسْتِنْشَاقَ فِيهِ وَلَيْسَ فِي حَدِيثِ أَبِي مُعَاوِيَةَ ذِكْرُ الْمِنْدِيلِ
"Telah menceritakan kepadaku Ali
bin Hujras-Sa'di telah menceritakan kepadaku Isa bin Yunus telah
menceritakan kepada kami al-A'masy dari Salim bin Abi al-Ja'di dari
Kuraib dari Ibnu Abbas dia berkata, "Bibiku, Maimunah telah menceritakan
kepadaku, dia berkata, 'Aku pernah membawa air mandi kepada
Rasulullah Shallallahu'alaihiwasallam karena junub, Lalu beliau membasuh
dua tapak tangan sebanyak dua atau tiga kali. Kemudian beliau
memasukkan tangan ke dalam wadah berisi air, lalu menyiramkan air
tersebut ke atas kemaluan serta membasuhnya dengan tangan kiri. Setelah
itu, beliau menggosokkan tangan kiri ke tanah dengan pijatan yang kuat,
lalu berwudhu sebagaimana yang biasa dilakukan untuk mendirikan shalat.
Kemudian beliau menuangkan air yang diciduk dengan dua telapak tangan ke
kepala sebanyak tiga kali sepenuh telapak tangan. Lalu beliau membasuh
seluruh tubuh, lalu beralih dari tempat tersebut dan membasuh kedua
kaki, kemudian aku mengambilkan handuk untuk beliau, tetapi beliau
menolaknya." Dan telah menceritakan kepada kami Muhammad bin
ash-Shabbah, Abu Bakar bin Abi Syaibah, Abu Kuraib, al-Asyajj, dan Ishaq
semuanya dari Waki' --lewat jalur periwayatan lain--, dan telah
menceritakan kepada kami tentangnya Yahya bin Yahya dan Abu Kuraib
keduanya berkata, telah menceritakan kepada kami Abu Muawiyah keduanya
dari al-A'masy dengan sanad ini, dan tidaklah dalam hadits keduanya
lafazh, "Menyiramkan air tiga kali sepenuh telapak tangan pada
kepala." Dan dalam hadits Waki' terdapat gambaran wudhu seluruhnya. Dia
menyebutkan berkumur-kumur dan memasukkan air ke hidung. Dan dalam
hadits Abu Mu'awiyah tidak menyebutkan handuk."(HR. Muslim no. 476)
3. Mencuci kemaluan dengan tangan kiri
Riwayat dari Maimunah radhiyallahu ‘anha:
"Telah menceritakan kepadaku Ali
bin Hujras-Sa'di telah menceritakan kepadaku Isa bin Yunus telah
menceritakan kepada kami al-A'masy dari Salim bin Abi al-Ja'di dari
Kuraib dari Ibnu Abbas dia berkata, "Bibiku, Maimunah telah menceritakan
kepadaku, dia berkata, 'Aku pernah membawa air mandi kepada
Rasulullah Shallallahu'alaihiwasallam karena junub, Lalu beliau membasuh
dua tapak tangan sebanyak dua atau tiga kali. Kemudian beliau
memasukkan tangan ke dalam wadah berisi air, lalu menyiramkan air
tersebut ke atas kemaluan serta membasuhnya dengan tangan kiri. Setelah
itu, beliau menggosokkan tangan kiri ke tanah dengan pijatan yang kuat,
lalu berwudhu sebagaimana yang biasa dilakukan untuk mendirikan shalat.
Kemudian beliau menuangkan air yang diciduk dengan dua telapak tangan ke
kepala sebanyak tiga kali sepenuh telapak tangan. Lalu beliau membasuh
seluruh tubuh, lalu beralih dari tempat tersebut dan membasuh kedua
kaki, kemudian aku mengambilkan handuk untuk beliau, tetapi beliau
menolaknya." Dan telah menceritakan kepada kami Muhammad bin
ash-Shabbah, Abu Bakar bin Abi Syaibah, Abu Kuraib, al-Asyajj, dan Ishaq
semuanya dari Waki' --lewat jalur periwayatan lain--, dan telah
menceritakan kepada kami tentangnya Yahya bin Yahya dan Abu Kuraib
keduanya berkata, telah menceritakan kepada kami Abu Muawiyah keduanya
dari al-A'masy dengan sanad ini, dan tidaklah dalam hadits keduanya
lafazh, "Menyiramkan air tiga kali sepenuh telapak tangan pada
kepala." Dan dalam hadits Waki' terdapat gambaran wudhu seluruhnya. Dia
menyebutkan berkumur-kumur dan memasukkan air ke hidung. Dan dalam
hadits Abu Mu'awiyah tidak menyebutkan handuk." (HR. Muslim no. 476)
4. Menggosokkan telapak tangan kiri ke tanah
Riwayat dari Maimunah radhiyallahu ‘anha :
"Telah menceritakan kepadaku Ali
bin Hujras-Sa'di telah menceritakan kepadaku Isa bin Yunus telah
menceritakan kepada kami al-A'masy dari Salim bin Abi al-Ja'di dari
Kuraib dari Ibnu Abbas dia berkata, "Bibiku, Maimunah telah menceritakan
kepadaku, dia berkata, 'Aku pernah membawa air mandi kepada
Rasulullah Shallallahu'alaihiwasallam karena junub, Lalu beliau membasuh
dua tapak tangan sebanyak dua atau tiga kali. Kemudian beliau
memasukkan tangan ke dalam wadah berisi air, lalu menyiramkan air
tersebut ke atas kemaluan serta membasuhnya dengan tangan kiri. Setelah
itu, beliau menggosokkan tangan kiri ke tanah dengan pijatan yang kuat,
lalu berwudhu sebagaimana yang biasa dilakukan untuk mendirikan shalat.
Kemudian beliau menuangkan air yang diciduk dengan dua telapak tangan ke
kepala sebanyak tiga kali sepenuh telapak tangan. Lalu beliau membasuh
seluruh tubuh, lalu beralih dari tempat tersebut dan membasuh kedua
kaki, kemudian aku mengambilkan handuk untuk beliau, tetapi beliau
menolaknya." Dan telah menceritakan kepada kami Muhammad bin
ash-Shabbah, Abu Bakar bin Abi Syaibah, Abu Kuraib, al-Asyajj, dan Ishaq
semuanya dari Waki' --lewat jalur periwayatan lain--, dan telah
menceritakan kepada kami tentangnya Yahya bin Yahya dan Abu Kuraib
keduanya berkata, telah menceritakan kepada kami Abu Muawiyah keduanya
dari al-A'masy dengan sanad ini, dan tidaklah dalam hadits keduanya
lafazh, "Menyiramkan air tiga kali sepenuh telapak tangan pada
kepala." Dan dalam hadits Waki' terdapat gambaran wudhu seluruhnya. Dia
menyebutkan berkumur-kumur dan memasukkan air ke hidung. Dan dalam
hadits Abu Mu'awiyah tidak menyebutkan handuk." (HR. Muslim no. 476)
5. Berwudhu
Mayoritas para
ulama berpendapat bahwa mengambil air wudhu saat mandi junub hukumnya
sunnah, tidaklah wajib. Karena mereka memandang bahwa ber wudlu ketika
melakukan mandi junub/janabah semuanya hanyalah diambil dari riwayat
Rasulullah. Sedangkan segala hal tentang perbuatan nabi, tidaklah
dijadikan sebuah hukum yang bersifat wajib. Demikianlah pendapat yang
diutarakan/dikemukakan oleh Al-Imam An-Nawawi, Ibn Batthal,
Ashy-Syaukani dan beberapa ulama lainnya. (lihat pada : Nailul Authar,
1/273)
Adapun dalam tata cara berwudhu ketika
ingin melaksanakan mandi Junub, para ulama juga berbeda memiliki
perbedaan pendapat. Mayoritas ulama berpendapat bahwa adalah sunnah saat
mandi junub dengan mengakhirkan mandi junub dengan mencuci kedua
telapak kaki. Demikian menurut pendapat Al-Hafizh Ibnu Hajar
Rahimahullah. (lihat pada : Nailul Authar, 1/271)
Namun jika dilihat dari sudut pandang berbagai hadits yang ada, maka akan kita temukan bahwa berwudhu ketika mandi janabah memiliki beberapa cara yang berbeda, yaitu:
Pertama : Berwudhu secara sempurna seperti wudhu ketika hendak shalat. Dalil ini terdapat pada hadist Maimunah radhiyallahu ‘anha, ia berkata:
"Telah menceritakan kepadaku Ali
bin Hujras-Sa'di telah menceritakan kepadaku Isa bin Yunus telah
menceritakan kepada kami al-A'masy dari Salim bin Abi al-Ja'di dari
Kuraib dari Ibnu Abbas dia berkata, "Bibiku, Maimunah telah menceritakan
kepadaku, dia berkata, 'Aku pernah membawa air mandi kepada
Rasulullah Shallallahu'alaihiwasallam karena junub, Lalu beliau membasuh
dua tapak tangan sebanyak dua atau tiga kali. Kemudian beliau
memasukkan tangan ke dalam wadah berisi air, lalu menyiramkan air
tersebut ke atas kemaluan serta membasuhnya dengan tangan kiri. Setelah
itu, beliau menggosokkan tangan kiri ke tanah dengan pijatan yang kuat,
lalu berwudhu sebagaimana yang biasa dilakukan untuk mendirikan shalat.
Kemudian beliau menuangkan air yang diciduk dengan dua telapak tangan ke
kepala sebanyak tiga kali sepenuh telapak tangan. Lalu beliau membasuh
seluruh tubuh, lalu beralih dari tempat tersebut dan membasuh kedua
kaki, kemudian aku mengambilkan handuk untuk beliau, tetapi beliau
menolaknya." Dan telah menceritakan kepada kami Muhammad bin
ash-Shabbah, Abu Bakar bin Abi Syaibah, Abu Kuraib, al-Asyajj, dan Ishaq
semuanya dari Waki' --lewat jalur periwayatan lain--, dan telah
menceritakan kepada kami tentangnya Yahya bin Yahya dan Abu Kuraib
keduanya berkata, telah menceritakan kepada kami Abu Muawiyah keduanya
dari al-A'masy dengan sanad ini, dan tidaklah dalam hadits keduanya
lafazh, "Menyiramkan air tiga kali sepenuh telapak tangan pada
kepala." Dan dalam hadits Waki' terdapat gambaran wudhu seluruhnya. Dia
menyebutkan berkumur-kumur dan memasukkan air ke hidung. Dan dalam
hadits Abu Mu'awiyah tidak menyebutkan handuk." (HR. Muslim no. 476)
Kedua : mengambil air wudhu seperti wudhunya orang yang hendak mengerjakan shalat, dan di akhiri dengan mencuci kedua kaki setelah mandi. Juga dari Maimunah radhiyallahu ‘anha, ia berkata:
حَدَّثَنَا عَبْدَانُ قَالَ أَخْبَرَنَا عَبْدُ اللَّهِ قَالَ أَخْبَرَنَا سُفْيَانُ عَنْ الْأَعْمَشِ عَنْ سَالِمِ بْنِ أَبِي الْجَعْدِ عَنْ كُرَيْبٍ عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ عَنْ مَيْمُونَةَ قَالَتْسَتَرْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ يَغْتَسِلُ مِنْ الْجَنَابَةِ فَغَسَلَ يَدَيْهِ ثُمَّ صَبَّ بِيَمِينِهِ عَلَى شِمَالِهِ فَغَسَلَ فَرْجَهُ وَمَا أَصَابَهُ ثُمَّ مَسَحَ بِيَدِهِ عَلَى الْحَائِطِ أَوْ الْأَرْضِ ثُمَّ تَوَضَّأَ وُضُوءَهُ لِلصَّلَاةِ غَيْرَ رِجْلَيْهِ ثُمَّ أَفَاضَ عَلَى جَسَدِهِ الْمَاءَ ثُمَّ تَنَحَّى فَغَسَلَ قَدَمَيْهِتَابَعَهُ أَبُو عَوَانَةَ وَابْنُ فُضَيْلٍ فِي السَّتْرِ
"Telah menceritakan kepada kami
'Abdan berkata, telah mengabarkan kepada kami 'Abdullah berkata, telah
mengabarkan kepada kami Sufyan dari Al A'masy dari Salim bin Abu Al Ja'd
dari Kuraib dari Ibnu 'Abbas dari Maimunah ia berkata, "Aku menutupi
Nabi shallallahu 'alaihi wasallam saat beliau sedang mandi junub.
Beliau mencuci kedua tangannya, lalu dengan tangan kanannya beliau
menuangkan air pada tangan kirinya, lalu mencuci kemaluannya dan apa
yang terkena (mani). Beliau kemudian menggosokkan tangannya ke dinding
atau tanah. Kemudian berwudlu sebagaimana wudlu untuk shalat kecuali
kedua kakinya. Kemudian beliau mengguyurkan air ke seluruh badannya.
Kemudian menyudahi dengan mencuci kedua kakinya." Hadits ini dikuatkan oleh Abu 'Awanah dan Ibnu Fudlail dalam masalah tabir (penutup)." (HR. Bukhari No. 272)
Ketiga : Berwudhu seperti wudhu ketika hendak shalat, tanpa mengusap kepala. Dari Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhu, ia berkata:
أَخْبَرَنَا عِمْرَانُ بْنُ يَزِيدَ بْنِ خَالِدٍ قَالَ حَدَّثَنَا إِسْمَعِيلُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ هُوَ ابْنُ سَمَاعَةَ قَالَ أَنْبَأَنَا الْأَوْزَاعِيُّ عَنْ يَحْيَى بْنِ أَبِي كَثِيرٍ عَنْ أَبِي سَلَمَةَ عَنْ عَائِشَةَ وَعَنْ عَمْرِو بْنِ سَعْدٍ عَنْ نَافِعٍ عَنْ ابْنِ عُمَرَأَنَّ عُمَرَ سَأَلَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ الْغُسْلِ مِنْ الْجَنَابَةِ وَاتَّسَقَتْ الْأَحَادِيثُ عَلَى هَذَا يَبْدَأُ فَيُفْرِغُ عَلَى يَدِهِ الْيُمْنَى مَرَّتَيْنِ أَوْ ثَلَاثًا ثُمَّ يُدْخِلُ يَدَهُ الْيُمْنَى فِي الْإِنَاءِ فَيَصُبُّ بِهَا عَلَى فَرْجِهِ وَيَدُهُ الْيُسْرَى عَلَى فَرْجِهِ فَيَغْسِلُ مَا هُنَالِكَ حَتَّى يُنْقِيَهُ ثُمَّ يَضَعُ يَدَهُ الْيُسْرَى عَلَى التُّرَابِ إِنْ شَاءَ ثُمَّ يَصُبُّ عَلَى يَدِهِ الْيُسْرَى حَتَّى يُنْقِيَهَا ثُمَّ يَغْسِلُ يَدَيْهِ ثَلَاثًا وَيَسْتَنْشِقُ وَيُمَضْمِضُ وَيَغْسِلُ وَجْهَهُ وَذِرَاعَيْهِ ثَلَاثًا ثَلَاثًا حَتَّى إِذَا بَلَغَ رَأْسَهُ لَمْ يَمْسَحْ وَأَفْرَغَ عَلَيْهِ الْمَاءَ فَهَكَذَا كَانَ غُسْلُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِيمَا ذُكِرَ
"Telah mengabarkan kepada kami
'Imran bin Yazid bin Khalid dia berkata; Telah menceritakan kepada kami
Ismail bin Abdullah yaitu Ibnu Sama'ah dia berkata; Telah memberitakan
kepada kami Al Auza'i dari Yahya bin Abu Katsir dari Abu Salamah dari
Aisyah Radliyallahu'anha juga dari Amr bin Sa'ad dari Nafi' dari Ibnu
Umar bahwa Umar bin Khatthab pernah bertanya kepada Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam. tentang mandi junub. Beliau memulainya
dengan menyiram tangan kanannya dua kali -atau tiga kali- kemudian
memasukkan tangan kanannya ke dalam bejana, lalu menyiramkan air dengan
tangan kanan tersebut ke kemaluannya dan tangan kirinya pada
kemaluannya, lalu membersihkannya sampai bersih. Kemudian beliau
menepukkan tangan kirinya ke tanah bila beliau berkehendak. Kemudian
menyiram tangan kirinya sampai bersih, lalu mencuci kedua tangannya
sampai bersih dan memasukkan air ke hidung kemudian mengeluarkannya.
Lalu beliau membasuh mukanya serta kedua lengannya tiga kali-tiga kali.
Ketika sampai pada giliran mengusap kepala, beliau tidak melakukannya,
lalu menyiramkan air pada kepalanya. Begitulah cara mandi Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam. sebagaimana yang disebutkan." (HR. Nasai No. 419"
Nampak dari hadits-hadits di atas,
bahwa ketiga cara tersebut semuanya sunnah untuk dilakukan. Karena
masing-masingnya didasari oleh hadits yang shahih dari Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam. Demikianlah salah satu bentuk penggabungan
(jama’) terhadap hadits-hadits diatas yang dilakukan Al-Imam As-Sindi
rahimahullah dalam Syarh Sunan An-Nasa’i (1/225), karya beliau.
6. Menyela-nyela pangkal rambut dengan jari-jemari hingga kulit kepala terasa basah
Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, ia berkata:
“Telah menceritakan kepada kami
'Abdullah bin Yusuf berkata, telah mengabarkan kepada kami Malik dari
Hisyam bin 'Urwah dari Bapaknya dari 'Aisyah isteri Nabi shallallahu
'alaihi wasallam, bahwa jika Nabi shallallahu 'alaihi wasallam mandi
karena janabat, beliau memulainya dengan mencuci kedua telapak
tangannya, kemudian berwudlu sebagaimana wudlu untuk shalat, kemudian
memasukkan jari-jarinya ke dalam air lalu menggosokkannya ke kulit
kepalanya, kemudian menyiramkan air ke atas kepalanya dengan cidukan
kedua telapak tangannya sebanyak tiga kali, kemudian beliau mengalirkan
air ke seluruh kulitnya."(HR. Bukhari No. 240)
7. Menuangkan air ke kepala sebanyak tiga kali
Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, ia berkata:
“Telah menceritakan kepada kami
'Abdullah bin Yusuf berkata, telah mengabarkan kepada kami Malik dari
Hisyam bin 'Urwah dari Bapaknya dari 'Aisyah isteri Nabi shallallahu
'alaihi wasallam, bahwa jika Nabi shallallahu 'alaihi wasallam mandi
karena janabat, beliau memulainya dengan mencuci kedua telapak
tangannya, kemudian berwudlu sebagaimana wudlu untuk shalat, kemudian
memasukkan jari-jarinya ke dalam air lalu menggosokkannya ke kulit
kepalanya, kemudian menyiramkan air ke atas kepalanya dengan cidukan
kedua telapak tangannya sebanyak tiga kali, kemudian beliau mengalirkan
air ke seluruh kulitnya." (HR. Bukhari No. 240)
Caranya, tuangan air yang pertama
untuk bagian kanan kepala, kemudian tuangan yang kedua untuk bagian kiri
kepala, lalu yang ketiga untuk bagian tengah kepala. Cara ini
disebutkan dalam hadits ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha:
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى قَالَ حَدَّثَنَا أَبُو عَاصِمٍ عَنْ حَنْظَلَةَ عَنْ الْقَاسِمِ عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ
كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا اغْتَسَلَ مِنْ الْجَنَابَةِ دَعَا بِشَيْءٍ نَحْوَ الْحِلَابِ فَأَخَذَ بِكَفِّهِ فَبَدَأَ بِشِقِّ رَأْسِهِ الْأَيْمَنِ ثُمَّ الْأَيْسَرِ فَقَالَ بِهِمَا عَلَى وَسَطِ رَأْسِهِ
"Telah menceritakan kepada kami
Muhammad bin Al Mutsanna berkata, telah menceritakan kepada kami Abu
'Ashim dari Hanzhalah dari Al Qasim dari 'Aisyah berkata, "Jika Nabi
shallallahu 'alaihi wasallam mandi janabat, beliau minta diambilkan
bejana sebesar bejana yang digunakan untuk memerah susu. Beliau lalu
mengambil air dengan telapak tangannya dan mengguyurkannya dimulai dari
sisi sebelah kanan lalu sebelah kiri. Kemudian menuangkan dengan
keduanya pada bagian tengah kepala." (HR. Al-Bukhari no. 250, Muslim no.
478)
Inilah cara yang dipilih oleh sebagian
ulama besar seperti Al-Hafizh Ibnu Hajar, Al-Qurthubi, As-Sinji,
Asy-Syaukani, dan yang lainnya (Lihat Nailul Authar, 1/270)
8. Menyiramkan air ke seluruh tubuh
Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, ia berkata:حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ يَحْيَى التَّمِيمِيُّ حَدَّثَنَا أَبُو مُعَاوِيَةَ عَنْ هِشَامِ بْنِ عُرْوَةَ عَنْ أَبِيهِ عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا اغْتَسَلَ مِنْ الْجَنَابَةِ يَبْدَأُ فَيَغْسِلُ يَدَيْهِ ثُمَّ يُفْرِغُ بِيَمِينِهِ عَلَى شِمَالِهِ فَيَغْسِلُ فَرْجَهُ ثُمَّ يَتَوَضَّأُ وُضُوءَهُ لِلصَّلَاةِ ثُمَّ يَأْخُذُ الْمَاءَ فَيُدْخِلُ أَصَابِعَهُ فِي أُصُولِ الشَّعْرِ حَتَّى إِذَا رَأَى أَنْ قَدْ اسْتَبْرَأَ حَفَنَ عَلَى رَأْسِهِ ثَلَاثَ حَفَنَاتٍ ثُمَّ أَفَاضَ عَلَى سَائِرِ جَسَدِهِ ثُمَّ غَسَلَ رِجْلَيْهِ
و حَدَّثَنَاه قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ وَزُهَيْرُ بْنُ حَرْبٍ قَالَا حَدَّثَنَا جَرِيرٌ ح و حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ حُجْرٍ حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ مُسْهِرٍ ح و حَدَّثَنَا أَبُو كُرَيْبٍ حَدَّثَنَا ابْنُ نُمَيْرٍ كُلُّهُمْ عَنْ هِشَامٍ فِي هَذَا الْإِسْنَادِ وَلَيْسَ فِي حَدِيثِهِمْ غَسْلُ الرِّجْلَيْنِ و حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ حَدَّثَنَا وَكِيعٌ حَدَّثَنَا هِشَامٌ عَنْ أَبِيهِ عَنْ عَائِشَةَ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اغْتَسَلَ مِنْ الْجَنَابَةِ فَبَدَأَ فَغَسَلَ كَفَّيْهِ ثَلَاثًا ثُمَّ ذَكَرَ نَحْوَ حَدِيثِ أَبِي مُعَاوِيَةَ وَلَمْ يَذْكُرْ غَسْلَ الرِّجْلَيْنِ
"Telah menceritakan kepada kami
Yahya bin Yahya at-Tamimi telah menceritakan kepada kami Abu Mu'awiyah
dari Hisyam bin Urwah dari bapaknya dari Aisyah dia berkata, "Dahulu
apabila Rasulullah Shallallahu'alaihiwasallam mandi hadas karena junub,
maka beliau memulainya dengan membasuh kedua tangan. Beliau menuangkan
air dengan menuangkan air dengan tangan kanan ke atas tangan kiri,
kemudian membasuh kemaluan dan berwudhu dengan wudhu untuk shalat.
Kemudian beliau menyiram rambut sambil memasukkan jari ke pangkal rambut
sehingga rata. Hingga ketika selesai, beliau membasuh kepala sebanyak
tiga kali, lalu beliau membasuh seluruh tubuh dan akhirnya membasuh
kedua kaki. Dan telah menceritakan kepada kami Qutaibah bin Sa'id dan
Zuhair bin Harb keduanya berkata, telah menceritakan kepada kami Jarir
--lewat jalur periwayatan lain--, dan telah menceritakan kepada kami Ali
bin Hujr telah menceritakan kepada kami Ali bin Mushir --lewat jalur
periwayatan lain--, dan telah menceritakan kepada kami Abu Kuraib telah
menceritakan kepada kami Ibnu Numair semuanya dari Hisyam dalam sanad
ini, dan dalam lafazh mereka tidak ada ungkapan, 'Membasuh kedua
kakinya', dan telah menceritakan kepada kami Abu Bakar bin Abi Syaibah
telah menceritakan kepada kami Waki' telah menceritakan kepada kami
Hisyam dari bapaknya dari Aisyah bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam
mandi karena junub, maka beliau memulainya dengan mencuci kedua telapak
tangannya tiga kali, kemudian menyebutkan sebagaimana hadits Abu
Mu'awiyah, namun tidak menyebut, 'membasuh kedua kakinya.'" (HR. Muslim no. 474)
9. Mencuci kedua kaki
Jika
air sudah diguyurkan secara merata ke seluruh tubuh, maka yang terakhir
adalah mencuci kedua kaki. Diriwayatkan dari ‘Aisyah radhiyallahu
‘anha:
"Telah menceritakan kepada kami
Yahya bin Yahya at-Tamimi telah menceritakan kepada kami Abu Mu'awiyah
dari Hisyam bin Urwah dari bapaknya dari Aisyah dia berkata, "Dahulu
apabila Rasulullah Shallallahu'alaihiwasallam mandi hadas karena junub,
maka beliau memulainya dengan membasuh kedua tangan. Beliau menuangkan
air dengan menuangkan air dengan tangan kanan ke atas tangan kiri,
kemudian membasuh kemaluan dan berwudhu dengan wudhu untuk shalat.
Kemudian beliau menyiram rambut sambil memasukkan jari ke pangkal rambut
sehingga rata. Hingga ketika selesai, beliau membasuh kepala sebanyak
tiga kali, lalu beliau membasuh seluruh tubuh dan akhirnya membasuh
kedua kaki. Dan telah menceritakan kepada kami Qutaibah bin Sa'id dan
Zuhair bin Harb keduanya berkata, telah menceritakan kepada kami Jarir
--lewat jalur periwayatan lain--, dan telah menceritakan kepada kami Ali
bin Hujr telah menceritakan kepada kami Ali bin Mushir --lewat jalur
periwayatan lain--, dan telah menceritakan kepada kami Abu Kuraib telah
menceritakan kepada kami Ibnu Numair semuanya dari Hisyam dalam sanad
ini, dan dalam lafazh mereka tidak ada ungkapan, 'Membasuh kedua
kakinya', dan telah menceritakan kepada kami Abu Bakar bin Abi Syaibah
telah menceritakan kepada kami Waki' telah menceritakan kepada kami
Hisyam dari bapaknya dari Aisyah bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam
mandi karena junub, maka beliau memulainya dengan mencuci kedua telapak
tangannya tiga kali, kemudian menyebutkan sebagaimana hadits Abu
Mu'awiyah, namun tidak menyebut, 'membasuh kedua kakinya.'" (HR. Muslim no. 474)
Demikian urutan tata cara mandi
janabah yang sempurna. Jika seorang yang junub, atau wanita yang selesai
dari haidh atau nifas telah selesai melakukannya, maka ia telah suci
dari hadats besar.
Hendaknya orang yang mandi janabah
memperhatikan bagian-bagian tubuh yang rawan tidak terkena air, seperti
ketiak, pusar, bagian dalam telinga, dan bagian-bagian lainnya.
MANDI BAGI WANITA YANG TELAH SUCI DARI HAIDH DAN NIFAS
Mandi bagi wanita yang telah suci
dari haidh dan nifas tata caranya sama dengan tata cara mandi janabah.
Namun disunnahkan bagi mereka untuk mewangikan bagian/daerah mengalirnya
darah, baik dengan minyak wangi atau dengan jenis wewangian lainnya.
Hal ini sebagaimana dikisahkan oleh Ummu ‘Athiyyah radhiyallahu ‘anha:
حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ عَبْدِ الْوَهَّابِ قَالَ حَدَّثَنَا حَمَّادُ بْنُ زَيْدٍ عَنْ أَيُّوبَ عَنْ حَفْصَةَ قَالَ أَبُو عَبْد اللَّهِ أَوْ هِشَامِ بْنِ حَسَّانَ عَنْ حَفْصَةَ عَنْ أُمِّ عَطِيَّةَ
عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَتْ كُنَّا نُنْهَى أَنْ نُحِدَّ عَلَى مَيِّتٍ فَوْقَ ثَلَاثٍ إِلَّا عَلَى زَوْجٍ أَرْبَعَةَ أَشْهُرٍ وَعَشْرًا وَلَا نَكْتَحِلَ وَلَا نَتَطَيَّبَ وَلَا نَلْبَسَ ثَوْبًا مَصْبُوغًا إِلَّا ثَوْبَ عَصْبٍ وَقَدْ رُخِّصَ لَنَا عِنْدَ الطُّهْرِ إِذَا اغْتَسَلَتْ إِحْدَانَا مِنْ مَحِيضِهَا فِي نُبْذَةٍ مِنْ كُسْتِ أَظْفَارٍ وَكُنَّا نُنْهَى عَنْ اتِّبَاعِ الْجَنَائِزِ
قَالَ أَبُو عَبْد اللَّهِ رَوَاهُ هِشَامُ بْنُ حَسَّانَ عَنْ حَفْصَةَ عَنْ أُمِّ عَطِيَّةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
"Telah menceritakan kepada kami
'Abdullah bin 'Abdul Wahhab berkata, telah menceritakan kepada kami
Hammad bin Zaid dari Ayyub dari Hafshah berkata, Abu 'Abdullah atau
Hisyam bin Hassan berkata dari Hafshah dari Ummu 'Athiyah dari Nabi
shallallahu 'alaihi wasallam, ia berkata, "Kami dilarang berkabung atas
kematian di atas tiga hari kecuali atas kematian suami, yaitu selama
empat bulan sepuluh hari. Selama masa itu dia tidak boleh bersolek,
memakai wewangian, memakai pakaian yang berwarna kecuali pakaian lurik
(dari negeri Yaman). Dan kami diberi keringanan bila hendak mandi seusai
haid untuk menggunakan sebatang kayu wangi. Dan kami juga dilarang
mengantar jenazah." Abu 'Abdullah berkata, Hisyam bin Hassan
meriwayatkan dari Hafshah dari Ummu 'Athiyah dari Nabi shallallahu
'alaihi wasallam." (HR. Muslim no. 302)
Mewangikan bagian tubuh tempat
mengalirnya darah berlaku untuk semua wanita, baik wanita yang berstatus
sebagai istri atau gadis. Hal ini tujuannya adalah untuk menghilangkan
aroma yang tidak sedap. Demikian menurut Al-Hafizh Ibnu Hajar, dan juga
An-Nawawi (Lihat Fathul Bari 3/239, Al-Minhaj 4/14)
Al-Imam
An-Nawawi rahimahullah berkata: “Bila wanita yang mandi haidh tidak
memakai wewangian pada daerah tempat mengalirnya darah padahal
memungkinkan baginya untuk memakainya, maka hukumnya makruh.” (Lihat
Al-Minhaj 4/14)
informasinya bagaus siip deh :)
BalasHapus