Home » » Ibadah dan Usaha Harus Seimbang

Ibadah dan Usaha Harus Seimbang

-->
“Keinginanmu untuk berkonsentrasi (ibadah) kepada Allah SWT, padahal Dia telah menetapkan agar berusaha, merupakan bagian dari syahwat tersembunyi. Keinginan berusaha, padahal Dia menetapkan untuk konsentrasi beribadah, merupakan bentuk penurunan semangat yang tinggi”. (Ibnu ‘Atha’illah)
Keinginanmu untuk mengkonsentrasikan diri beribadah kepada Allah SWT dan melepaskan diri dari segala usaha, pekerjaan dan tindakan yang sebenarnya tidak terlarang secara syara’, bahkan tidak pula makruh, merupakan bagian dari syahwat yang tersembunyi.
Allah SWT Yang Maha Bijaksana telah mengatur segala urusan hamba-Nya, baik yang kecil maupun yang besar, baik yang nyata maupun tersembunyi. Tidak ada seorang manusia pun di dunia, kecuali ia berada di bawah pengaturan-Nya, walaupun ia kafir.
Walaupun kita mengkonsentrasikan diri untuk beribadah kepada Allah SWT, akan tetamu kita harus tetap berusaha dan bekerja demi menghidupi diri sendiri dan keluarga. Allah SWT sudah menentukan bahwa rezeki itu tidak datang dengan sendirinya, akan tetapi harus dicari dan diusahakan. Jika pekerjaan kita hanya di masjid maka tidak ada rezeki yang menghampirinya. Hal ini sesuai dengan perkataan Umar Ra, “Sesungguhnya, langit tidak menurunkan hujan emas dan perak”.
Keinginan seorang hamba yang menyelisihi ketentuan Allah SWT dalam syariat-Nya adalah bentuk syahwat tersembunyi. Sebagai seorang hamba, tidak ada yang bias dilakukan, kecuali menjalankan sesuatu yang telah ditetapkan-Nya. Kita tidak memiliki kemampuan apapun. Semua kekuatan dan kekuasaan berada di tangan-Nya. Janganlah sampai kesombongan merasuk ke dalam diri, sehingga merasa paling hebat dan tidak membutuhkan siapapun, bahkan terhadap Sang Pencipta. Ini adalah sebuah tindakan kriminal dalam akidah yang harus dibuang jauh-jauh.
Dalam setiap ketentuan-Nya, pasti ada hikmah dan faedah yang sebagian besarnya tidak mampu diketahui oleh akal manusia. Sebaliknya, keinginan kita untuk berusaha dan melarutkan diri di dalamnya, sehingga lalai beribadah menyembah Allah SWT, merupakan bentuk keterpurukan dari semangat yang tinggi. Di zaman sekarang, dikenal dengan istilah workaholic. Bekerja terus menerus tanpa mengenal lelah dan istirahat, bahkan jikalau tidak bekerja dia akan sakit.
Tindakan seperti ini juga tidak diizinkan oleh syariat. Bagaimana mungkin kita melarutkan diri dalam pekerjaan, padahal Sang Pencipta telah mengatur kita untuk melarutkan diri dalam ibadah kepada-Nya (apabila tiba waktunya)? Hal ini agar kamu bisa bersama-Nya, menyaksikan-Nya dan merasakan kenikmatan  di hadapan-Nya.
Ketika dirimu lalai dalam menyembah Allah SWT, dan sibuk dengan usaha-usaha yang bersifat keduniawian, maka dirimu telah terperosok ke dalam jurang kehinaan, dirimu telah kehilangan semangat yang seharusnya dimiliki seorang muslim, yaitu semangat beribadah kepada-Nya dan mengharapkan keridhaan-Nya.
Orang yang memiliki semangat tinggi selalu mengharapkan sesuatu yang diharapkan oleh Penciptanya. Jikalau Allah SWT menginginkannya untuk beribadah maka ia akan beribadah. Jikalau Dia menginginkannya untuk bekerja dan berusaha maka ia akan mengerjakannya.
Kita adalah hamba, dan seorang hamba harus rela terhadap ketentuan yang ditetapkan oleh Tuannya. Jikalau Tuan menetapkan untuk beribadah, maka seorang hamba harus mengerjakannya. Jikalau Tuan  menetapkan untuk berusaha maka ia juga harus mengerjakannya sepenuh hati.

3 komentar:

  1. Sekedar kasih info gan...
    Kini telah hadir obat wasir mudah mudahan berguna bagi yang membutuhkan

    BalasHapus
  2. subhanallah sungguh menyentuh hati ana sampai kolbu yang terdalam dengan tautan ini syukran.

    BalasHapus
  3. ini tulisan Pakih Sati dalam buku Syarh al-Hikam. Sertakan nama penulisnya dunk...

    BalasHapus

 
Support : Copyright © 2015. Putra Martapura Blog - All Rights Reserved
Proudly powered by M. Firdaus Habibi
.comment-content a {display: none;} -->