Entah kapan mulainya, namun di
Indonesia, acara-acara tv, hampir tak pernah jelas—di tahun 2009, ada
segerombolan anak-anak remaja bau kencur, pagi-pagi sekali sudah
nongkrong di mall-mall yang ada di ibukota. Entah apa mereka mandi
ataukah tidak. Entah pula apakah mereka melaksanakan shalat Shubuh
ataupun tidak.
Tapi hey, apa yang mereka lakukan di mall pada jam-jam itu ketika anak-anak seusia mereka seharusnya belajar di kelas? Tapi, tampaknya itu pun bukan sesuatu yang penting. Mereka berkumpul di mall, atau di pusat keramaian, menghadiri perhelatan acara-acara musik pagi hari berbagai stasiun televisi swasta. Kemudian, tiba-tiba mereka terkenal dengan sebutan anak-anak ‘alay’.
Tapi hey, apa yang mereka lakukan di mall pada jam-jam itu ketika anak-anak seusia mereka seharusnya belajar di kelas? Tapi, tampaknya itu pun bukan sesuatu yang penting. Mereka berkumpul di mall, atau di pusat keramaian, menghadiri perhelatan acara-acara musik pagi hari berbagai stasiun televisi swasta. Kemudian, tiba-tiba mereka terkenal dengan sebutan anak-anak ‘alay’.
Acara musik itu tidak hanya satu stasiun saja. Tapi juga hampir semua stasiun televisi yang ada saat ini. Mulai dari pagi buta, sampai menjelang dhuhur. Ini memang imbas dari sebuah acara yang ngetop, karena televisi mempunyai prinsip “Me Too Program.”
Acara-acara musik itu, konon, dibuat untuk segmentasi remaja. Benarkah begitu? Simak coba sebuah keluh-kesah seorang remaja berikut ini: “sebenernya gw nggak suka acara itu abis ditayangkan tiap hari tiap pagi ade gw selalu klik chanel yang isinya acara music. duch.. bikin bete, masa pagi2 acara tiap hari itu… kesannya tiap hari yang gw jalanin seakan2 sama aza tiap pagi di suguhin acara begituan, emak gw aza ampe protes…”
Islam mengatur setiap aspek dalam kehidupan mulai dari hal-hal yang remeh hingga perkara yang kompleks. Dari urusan buang air kecil sampai urusan mengatur negara. Dan setiap manusia yang mengaku beragama Islam, ia terikat sepenuhnya kepada
Dampak pada kalangan remaja dari acara-acara seperti ini, yaitu mulai
ditemui remaja-remaja yang melakukan imitasi terhadap budaya pop dan
instan, mulai dari gaya rambut, model pakaian, aksesoris, sampai pola
hidup dan cara berinteraksi dengan teman sebaya. Hal ini juga ditegaskan
oleh pernyataan para remaja bahwa mereka sangat menyukai budaya pop.
Salah satu alasannya adalah keindahan gaya atau style para artis-artis
yang tampil, peduli amat apa mereka bisa bernyanyi atau bermusik ataukah
tidak.
seluruh hukum Islam tanpa
terkecuali. Tidak dibenarkan baginya menerima dan mengadopsi satu hukum
Islam sementara menolak untuk menerapkan hukum yang lain. Oleh karena
itu, dalam memandang permasalahan ini, kita sebagai muslim harus
melihatnya dengan sudut pandang Islam—dan agaknya yang belum sampai
kepada anak-anak muda Islam kita kebanyakan sekarang ini.
Jika mendengarkan musik sampai melalaikan shalat, liriknya mengarah pada pemujaan terhadap lawan jenis dan mengandung kemusyrikan, maka aktivitas mendengarkan musik menjadi aktivitas yang haram. Jadi masalah lain dalam kasus ini adalah jika si remaja juga mulai mengidolakan para penyanyinya hingga semua yang berkaitan dengan mereka diikuti, dari penampilan hingga gaya hidup mereka.
Pertanyaannya, apakah gaya hidup mereka sesuai dengan hukum Islam hingga layak untuk diikuti? Tentu saja jawabannya tidak. Para personel Girl Band misalnya, mereka memakai pakaian-pakaian minim yang memperlihatkan aurat mereka. Setali tiga uang dengan Girl Band, Boy Band pun sama saja. Rata-rata musik mereka menggambarkan gaya hidup remaja yang penuh hura-hura. Tidak layak sedikit pun gaya hidup seperti ini diikuti oleh kaum muslim, khususnya remaja-remaja muslim.
Dan batas-batas pun diterabas. Acara-acara musik itu tak punya lagi rasa penghormatan terhadap ciptaan Allah SWT. Orang bodoh itu ada sebabnya. Namun, orang berwajah biasa (baca: kampungan dan pas-pasan) tentu karena anugerah dari Allah SWT. Jika bisa meminta, semua manusia yang lahir ke dunia ini diberikan rupa yang cantik dan ganteng secara absolut, diakui oleh semua kalangan. Itu yang tak bisa dipilah oleh para pemandu acara-acara musik itu.
Namun, seperti sebuah acara talk show malam hari yang juga berulang kali dicekal namun kemudian muncul lagi dengan nama lain dan nama yang sama, acara-acara musik ini akan muncul banyak-banyak pula di waktu-waktu mendatang. Jadi, “The Acara Musik Remaja Pagi-Pagi” masih mungkin menghias layar kaca kita. Sebaiknya, mulai dari sekarang, matikan saja atau cari saluran lain yang menyuguhkan berita informatif ketika anak-anak kita asyik menontonnya.
Jika mendengarkan musik sampai melalaikan shalat, liriknya mengarah pada pemujaan terhadap lawan jenis dan mengandung kemusyrikan, maka aktivitas mendengarkan musik menjadi aktivitas yang haram. Jadi masalah lain dalam kasus ini adalah jika si remaja juga mulai mengidolakan para penyanyinya hingga semua yang berkaitan dengan mereka diikuti, dari penampilan hingga gaya hidup mereka.
Pertanyaannya, apakah gaya hidup mereka sesuai dengan hukum Islam hingga layak untuk diikuti? Tentu saja jawabannya tidak. Para personel Girl Band misalnya, mereka memakai pakaian-pakaian minim yang memperlihatkan aurat mereka. Setali tiga uang dengan Girl Band, Boy Band pun sama saja. Rata-rata musik mereka menggambarkan gaya hidup remaja yang penuh hura-hura. Tidak layak sedikit pun gaya hidup seperti ini diikuti oleh kaum muslim, khususnya remaja-remaja muslim.
Dan batas-batas pun diterabas. Acara-acara musik itu tak punya lagi rasa penghormatan terhadap ciptaan Allah SWT. Orang bodoh itu ada sebabnya. Namun, orang berwajah biasa (baca: kampungan dan pas-pasan) tentu karena anugerah dari Allah SWT. Jika bisa meminta, semua manusia yang lahir ke dunia ini diberikan rupa yang cantik dan ganteng secara absolut, diakui oleh semua kalangan. Itu yang tak bisa dipilah oleh para pemandu acara-acara musik itu.
Namun, seperti sebuah acara talk show malam hari yang juga berulang kali dicekal namun kemudian muncul lagi dengan nama lain dan nama yang sama, acara-acara musik ini akan muncul banyak-banyak pula di waktu-waktu mendatang. Jadi, “The Acara Musik Remaja Pagi-Pagi” masih mungkin menghias layar kaca kita. Sebaiknya, mulai dari sekarang, matikan saja atau cari saluran lain yang menyuguhkan berita informatif ketika anak-anak kita asyik menontonnya.
informasinya bagaus siip deh :) iya lihat acara ben ribuan yang nonton acaar pengajian dikit
BalasHapus