Kota
Martapura ibukota kabupaten Banjar Kalimantan Selatan adalah kota tua
bekas ibukota Kerajaan Islam Banjar yang pernah berdiri pada abad ke-15
sampai berakhir pada abad ke 19. Bagi masyarakat Banjar kota ini
memiliki sejarah relijiusitas yang mendalam dimana dilahirkan di kota
ini ulama-ulama besar yang menjadikan kota ini sebagai pusat penyebaran
agama Islam ke seluruh penjuru tanah Banjar bahkan ke pelosok Pulau
Kalimantan. Ulama besar yang dikenal seperti Syekh Muhammad Arsyad
Al-Banjary dengan didukung oleh Sultan Banjar mendirikan suatu lembaga
pendidikan pesantren di desa Dalam Pagar Martapura yang berhasil
melahirkan banyak ulama dan da’i yang kemudian atas perintah Beliau
menyebar ke seluruh penjuru Kalimantan untuk menyebarluaskan syiar agama
Islam.
Seiring
berjalannya waktu pasca wafatnya Syekh Arsyad (th. 1777) dan
dibubarkannya kesultanan Banjar oleh Belanda (th. 1876), kota Martapura
masih tetap bertahan sebagai pusat studi ilmu-ilmu agama di Kalimantan.
Pesantren Dalam Pagar dan majelis-majelis ta’lim di masjid,
langgar/surau dan rumah-rumah para ulama Martapura menjadi sumber mata
air bagi mereka yang haus akan ilmu, amalan dan barokah. Zuriat Syekh
Arsyad dan murid-muridnya dari Martapura telah menyebar ke berbagai
pelosok untuk meneruskan perjuangannya sebagai “waratsatul anbiya”
dengan sepenuh hati berdakwah bil hal maupun bi lisan dan memprakarsai
berdirinya basis-basis baru penyebaran agama Islam di beberapa daerah
seperti di Alabio, Amuntai, Pleihari, Rantau, Samarinda, Sambas,
Tembilahan Riau, dan lain-lain.
Momen
yang amat penting terjadi pada permulaan abad ke-19 dimana ide-ide
pembaharuan di dunia Islam telah sampai di Nusantara tidak terkecuali di
Martapura. Persatuan bangsa Indonesia sudah mulai terwujud, antara lain
dengan telah terbentuknya Syarikat Dagang Islam (SDI). Pada waktu ini
pendidikan dan pengajaran Islam masih berwujud tradisional, masih
berlangsung di mushalla/surau atau di rumah tuan guru/ulama, namun
ide-ide pemabaharuan pendidikan sudah dirasakan oleh para tuan
guru/ulama tersebut. Dorongan untuk melakukan pembaruan semakin menguat
manakala pemerintah kolonial Belanda mendirikan sekolah-sekolah umum
yang tujuannya untuk mengokohkan kepentingan kolonial dan missi
kristenisasi yang terselubung. Puncaknya terjadi pada hari Selasa
tanggal 20 Sya’ban 1332 H./14 Juli 1914 M dengan dimotori oleh KH.
Djamaluddin, salah seorang ulama terkemuka atas hajat masyarakat Islam
dan mufakat dari para ulama, zu’ama, tokoh masyarakat, dan hartawan
diprakarsai berdirinya lembaga pendidikan Islam dengan nama “Madrasah
Darussalam” di kampung Pasayangan Martapura. Madrasah yang kemudian
berkembang menjadi pesantren ini memiliki peran penting bagi sejarah
perkembangan Islam di Kalimantan Selatan dan menjadi acuan bagi
perkembangan madrasah/pesantren lain yang berdiri kemudian di daerah
tersebut. KH. Jamaluddin sendiri dikenal sebagai pendiri sekaligus
pimpinan pertama madrasah tersebut (1914 s/d 1919), beliau dikenal pula
sebagai presiden Syarikat Islam (SI) pada Onder Afdelling
Martapura yang meliputi wilayah yang sekarang ini adalah Kabupaten
Banjar, Kabupaten Barito Kuala, dan Kabupaten Tanah Laut. Ketika wafat
beliau digantikan oleh KH. Hasan Ahmad (1919 s/d 1922).
Pada
awal berdirinya, pesantren Darussalam tampil dengan sistem pengajaran
tradisional. Materi-materi yang diajarkan terbatas hanya di bidang
keagamaan. Begitu pula, bangunan pesantren masih sangat sederhana yakni
menempati sebuah rumah yang berukuran 10 x 20 m yang dibeli dari
seorang tionghoa kemudian dirombak, ditambah dan disesuaikan sebagai
madrasah pada waktu itu. Kegiatan pengajaran dilakukan dengan cara
halaqah, dimana para murid duduk bersimpuh mengelilingi guru sambil
mendengarkan materi keagamaan yang diberikan. Pendidikan dan pengajaran
semacam ini tidak mengenal kelas atau batasan umur, anak-anak dan orang
dewasa bercampur menjadi satu kelompok dengan tanpa ada evaluasi
belajar.
Perkembangan
pesantren Darussalam mengalami lompatan besar ketika pesantren dipimpin
KH. Kasyful Anwar, beliau menggantikan KH. Hasan Ahmad menjadi pimpinan
pesantren dari tahun 1922 hingga 1940. Pada periode itulah, sejumlah
pembaharuan dilakukan dalam rangka meningkatkan pendidikan pesantren
diantaranya ialah mengganti nama Madrasah Islam Darussalam menjadi “Madrasatul ‘imad fi Ta’limil Aulad Darussalam”
selanjutnya Beliau melakukan pemugaran gedung lama diganti gedung baru
yang bertingkat semi permanen dengan bahan dasar kayu ulin. Gedung itu
memiliki enam belas lokal, yang digunakan baik sebagai ruang belajar
maupun kantor.
Selain
itu, aspek terpenting dari pembaharuan yang dilakukan KH. Kasyful Anwar
adalah memperkenalkan sistem klasikal/ madrasah pada sistem pendidikan
tradisional dengan sistem kelas berjenjang. Mulai dari Tahdiriyah
selama 3 tahun, Ibtidaiyah 3 tahun, dan Tsanawiyah 3 tahun. Untuk
kepentingan pengajaran Beliau telah menetapkan kitab-kitab standard dan
mengarang beberapa kitab untuk menjadi acuan pelajaran yang diberikan di
madrasah itu. Selanjutnya KH. Kasyful Anwar dipandang sebagai
mu’assis/pendiri sistem pendidikan ala pesantren di PP. Darussalam
Martapura.
Setelah
wafatnya KH. Kasyful Anwar (1940) beliau digantikan oleh KH. Abdul
Qadir Hasan. Pada periode ini terjadi pergolakan besar di Martapura
dimana tentara Dai Nippon (Jepang) menguasai Martapura dan mereka
memaksa bangunan pesantren untuk dijadikan asrama tentara pendudukan
Jepang, namun oleh KH. Abdul Qadir Hasan kegiatan belajar mengajar tetap
diteruskan dengan menjadikan rumah-rumah para guru sebagai kelas tempat
belajar. Pada masa selanjutnya KH. Abdul Qadir Hasan bersama
murid-muridnya ikut berperan dalam pemulihan keamanan pasca revolusi
kemerdekaan.
Perkembangan
situasi tenang dan kondusif pasca revolusi membuat perkembangan
pesantren Darussalam menjadi sangat pesat. Selanjutnya Pesantren
Darussalam dipimpin berturut-turut oleh KH. Anang Sya’rani Arief (1959
s/d 1969) dan KH. Salim Ma’ruf (1969 s/d 1976). Perkembangan fisik
terlihat pada perbaikan bangunan fisik dan bertambahnya jumlah guru dan
santri yang berdatangan dari berbagai penjuru daerah di Kalimantan.
Perkembangan penting pada sistem pengajaran terjadi dimana ditetapkan
jenjang pendidikan tahdiriyah 2 tahun, awaliyah 4 tahun,
tsanawiyah/wustha 3 tahun, dan aliyah/ulya 3 tahun. Disamping itu juga
dibentuk lembaga pendidikan khusus untuk mempersiapkan guru agama
(semacam PGA) yang disebut “Isti’dadul Mu’allimin Darussalam” 6
tahun dengan memasukan pula kurikulum pelajaran umum di dalamnya. Selain
itu juga didirikan Fakultas Syari’ah Darussalam sebagai tingkatan
perguruan tinggi bagi santri yang sudah lulus tingkatan aliyah/ulya.
Pada periode ini pula dibentuk “majelis syuyukh” yakni majelis
para ulama/guru yang mengajar di Darussalam dimana dilaksanakan
pengajaran/pengajian khusus untuk para guru yang diasuh oleh pimpinan
pesantren dan musyawarah membahas berbagai persoalan di pesantren maupun
di masyarakat.
Pada
perkembangan berikutnya periode kepemimpinan KH. Badruddin (1976 s/d
1992). lembaga pendidikan ini diresmikan namanya sebagai “Pondok
Pesantren Darussalam Martapura”. Pada periode ini modernisasi pesantren
Darussalam terus berlangsung sejalan dengan perkembangan masyarakat
sekitar. Kebutuhan masyarakat sekitar terhadap pendidikan yang makin
beragam – yang tidak hanya terbatas dibidang keagamaan – senantiasa
memperoleh perhatian yang sangat besar dari pengelola pesantren
Darussalam. Oleh karena itu, saat ini pesantren Darussalam tidak hanya
mendirikan lembaga pendidikan Islam madrasah, tapi juga lembaga
pendidikan umum. Pesantren telah mendirikan SMP, SPP-SPMA (Sekolah
Pertanian yang menggunakan kurikulum dari Departemen Pertanian), dan
STM/SMK yang mengacu pada Depdiknas, serta memperbaharui Fakultas
Syariah Darussalam menjadi Sekolah Tinggi Ilmu Syariah (STIS) dengan
kurikulum Depag/IAIN. Untuk kepentingan itu telah dibuka lokasi baru
diatas tanah 10 Ha yakni di Jl.Perwira Tanjung Rema Darat Martapura
dijadikan kompleks gedung-gedung sekolah dan asrama guru/santri milik
pessantren Darussalam.
Periode
selanjutnya kepemimpinan KH. Abdussyukur (1992 s/d 2007) perkembangan
signifikan adalah pada bangunan fisik pesantren dimana telah direnovasi
bangunan lama peninggalan KH. Kasyful Anwar yang sebelumnya dua tingkat
berbahan dasar kayu ulin dirombak menjadi bangunan beton permanen
setinggi tiga tingkat. Disamping itu bangunan-bangunan baru juga telah
didirikan baik di lokasi lama maupun di lokasi baru kesemuanya itu
dilakukan untuk mendukung aktifitas belajar mengajar dan pelayanan bagi
para “tholibul’ilmi” yang jumlahnya telah mencapai puluhan ribu orang.
Pada
periode ini juga didirikan “Pesantren Tahfidz al-Qur’an Darusalam”
yakni pesantren khusus tempat menghafal dan mengkaji ilmu-ilmu
al-Qur’an, dan “Fakultas Fiqhiyah Ma’had Aly Darussalam” yakni perguruan
tinggi setingkat diploma dengan kajian khusus ilmu fiqih dan ushul
fiqih dengan kurikulum pesantren. Disamping itu, STIS Darussalam dengan
kurikulum IAIN/Depag yang sebelumnya sudah ada ditingkatkan menjadi
Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Darussalam dengan penambahan
fakultas/jurusan baru, dan telah mendapatkan status terkreditasi/diakui
oleh Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN PT). Setelah
wafatnya KH. Abdussyukur (2007) kepemimpinan Pesantren Darusalam
diteruskan oleh KH. Khalilurrahman. Pada periode ini telah dijajaki
pengembangan pesantren untuk kemajuan yang lebih baik dengan berusaha
membenahi manajemen pesantren, pengelolaan keuangan yang teratur dan
profesional, serta koordinasi antar tingkatan dan unit-unit lembaga
pendidikan, dan sebagainya. Untuk itu telah dilakukan upaya-upaya
diantaranya ialah mengadakan studi banding bersama unsur pimpinan dan
guru-guru pesantren Darussalam ke PP. Darul Ulum Jombang Jawa Timur
(2009). Disamping itu juga dilakukan pembenahan terhadap organisasi dan
tata kelola Yayasan Pondok Pesantren Darussalam Martapura sebagai induk
dari semua unit-unit lembaga pendidikan Darussalam.
Gedung STAI Darussalam Martapura |
Bismillah.Afwan Akhi numpang Promosi... PUSTAKA ALWADI,JAKARTA. Importir dan Distributor Kitab Arab Asli, Karya Para Ulama Ahlussunnah Wal Jama'ah dari Arab Saudi, Mesir, Yaman, Kuwait, dll, Insya ALLAH lebih 3000 judul ( ada terjemahan bhs Indonesia ) BIDANG ILMU : Aqidah, Tafsir Al Qur'an, Hadits, Fiqih, Syiroh, Mu'amalah dll.. Kami juga agen Al.Qur'an Termurah di Indonesia, yang di Impor dari Mesir. dengan kertas, tinta dan sampul menarik ... Kami juga Agen Korma Impor dari Saudi Arabia,Mesir,Tunisia, Qatar dll. Alamat Kami : Jln I Gusti Ngurah Rai No.7 B Pondok Kopi, Jakarta Timur..(dekat Stasiun Kreta Api Pondok Kopi/Perumnas Klender)... WEBSITE : www.pustakaalwadi.com dan EMAIL : pustakaalwadi@gmail.com... Syukron Jazakumullahu Khoiron
BalasHapusinformasi yang sangat insiratif sekali
BalasHapusinformsi yang bagus dan bermanfaat
BalasHapusterima kasih atas informasi bagus dan ber manfaat
BalasHapusterima kasih utus infonya
BalasHapusinformasi bagus fdan bermanfaat
BalasHapussaling memberi informasi itu sangatlah baiak :)
BalasHapussemoga sukses dan selalapu di lancarkan urusannya :)
BalasHapusinformasi yang bagus dan saya sangat suka sekali :)
BalasHapusinformasi yang bagus dan sangat amat menarik untuk di simak :)
BalasHapusindahnya bisa saling berbagi kebaikan :)
BalasHapusindahnya bisa saling berbagi kebaikan :)
BalasHapusinformasinya bagus sobat makasihya :) good luck
BalasHapuswah bagus sekali informasinya keren ;D
BalasHapusinformasi yang bagus dan saya sangat suka sekali :)
BalasHapussaling memberi informasi itu sangatlah baiak :)
BalasHapusBaru kali ini saya membaca Artikel yang sangat bermanfaaat
BalasHapus