Niatannya sih ingin membantu dan bersedekah kepada orang yang tidak mampu, tapi kalau mengemis sudah dijadikan ajang bisnis untuk memperoleh rupiah bagaimana ya?, boleh dibilang pengemis adalah sebuah profesi pekerjaan, bukan karena terpaksa. Teman ku pernah bercerita padaku bahwa iya pernah satu angkot dengan kumpulan pengemis yang ternyata mereka adalah teman dekat, padahal masuk angkotnya ga barengan. di dalam angkot mereka membicarakan masalah arisan gan. wadu!!! pengemis arisan. gimana tu. tapi inilah kenyataan dan fenomena yang terjadi di tengah-tengah kita. Profesi pengemis menjadi prospek cerah bagi mereka-mereka yang malas mencari kerja, hanya bermodal belas kasih dan muka tembok (maksudnya ga malu-malu gan). bahkan diantara mereka ada yang terorganisir, di Banjarmasin contohnya, saya pernah melihat rombongan pengemis turun dari satu mobil menuju komplek perumahan dan meminta-minta ke setiap rumah, habis itu mereka di jemput lagi menggunakan mobil untuk menuju TKP selanjutnya. Weleh...weleeeeeh...!!!. dan sekarang ada lagi muncul berita baru yang pertama kali ku liat pada berita siang di Trans TV, ini kutipan beritanya:
Personel Polisi Pamong Praja (Pol PP) Pemko Banjarmasin, langsung tersentak. Sebagian di antaranya geleng-geleng kepala. Antara percaya dan tidak. Mereka mengerubungi pasangan pengemis yang terkena razia gepeng (gelandangan dan pengemis), Muhammad Acin (53) dan Aisyah (54), di halaman parkir belakang Pemko Banjarmasin, Jumat (26/4/2013). Saat memeriksa tas selempang Acin, petugas menemukan kantong keresek warna putih yang berisi tumpukan uang. Melihat itu, Acin langsung berteriak. Dia meminta petugas tidak membuka kantong keresek berisi uang yang katanya kiriman dari saudaranya itu. Teriakan Acin justru membuat petugas penasaran. Petugas langsung membukanya.
Personel Polisi Pamong Praja (Pol PP) Pemko Banjarmasin, langsung tersentak. Sebagian di antaranya geleng-geleng kepala. Antara percaya dan tidak. Mereka mengerubungi pasangan pengemis yang terkena razia gepeng (gelandangan dan pengemis), Muhammad Acin (53) dan Aisyah (54), di halaman parkir belakang Pemko Banjarmasin, Jumat (26/4/2013). Saat memeriksa tas selempang Acin, petugas menemukan kantong keresek warna putih yang berisi tumpukan uang. Melihat itu, Acin langsung berteriak. Dia meminta petugas tidak membuka kantong keresek berisi uang yang katanya kiriman dari saudaranya itu. Teriakan Acin justru membuat petugas penasaran. Petugas langsung membukanya.
Di dalam kantong keresek itu ternyata terdapat tumpukan uang Rp 100 ribu
dan Rp 50 ribu. Acin kembali berteriak. “Jangan itu, jangan...,” teriak
dia. Lagi, teriakan itu tidak dipedulikan. Di saat bersamaan, Aisyah juga berusaha mencegah petugas lain membuka tasnya. Pasalnya, di dalamnya terdapat perhiasan emas. “Itu emas. Ada emas 75 gram. Saya selalu bawa ke mana-mana,” kata dia sembari berusaha mengambil tasnya dari tangan petugas.
Ketika ditanya, Acin yang ditangkap di perempatan Jalan S Parman,
mengaku uang tersebut dikirim saudaranya dari Kuala Kurun, Kalteng,
beberapa jam sebelum ada razia. Uang itu diberikan agar Acin bersedia kembali ke Kalteng dan tidak
mengemis lagi. “Ulun (saya) disuruh bulik (pulang), jangan minta
sedekah, bikin malu,” ujar pria yang memakai tongkat penyanggah jika
berjalan ini. Acin mengatakan hanya pengemis biasa yang mendapatkan Rp 30 ribu hingga
Rp 50 ribu per hari. Mengemis merupakan pekerjaannya selama satu tahun
terakhir. Selain untuk memenuhi biaya hidup bersama Aisyah di
Banjarmasin, juga untuk membiayai sekolah anak di Kapuas, Kalteng. Dia mengaku tidur di mana saja. Selain di emperan toko, biasa juga tidur
di depan masjid. “Tadi malam (Kamis malam) guring (tidur) di depan
Masjid Agung,” ujarnya.
Pernyataan Acin langsung diteriaki puluhan petugas. Pasalnya, mereka
mengaku mendapat informasi Acin sering tidur di hotel dan menyewa rumah
di belakang salah satu pusat perbelanjaan di Banjarmasin. Tapi Acin
terus membantah. Dalam razia di sepanjang Jalan Pangeran Antasari, Belitung, S Parman dan
Hasan Basri, petugas menangkap 31 gepeng, lima anak jalanan, dan tiga
pedagang yang berjualan mainan anak. Kepala Satpol PP Banjarmasin, Ichwan Noor Chalik yang memimpin
penertiban mengatakan uang dan perhiasan itu akan disimpan di brankas
Pol PP selama penyelidikan berjalan. Sementara gepeng, anak jalanan dan pedagang yang terkena razia, dibawa ke tempat penampungan binaan Dinsoskesra.
Menurut Ichwan, pernyataan Acin dan Aisyah tak bisa langsung dipercaya.
“Kami akan periksa lebih lanjut. Dari mana asal uang tersebut. Mereka
kemungkinan berbohong. Katanya kiriman dari keluarga, tidak masuk akal,”
tegasnya. Sebagian dari mereka terkena razia adalah ‘pemain lama’. Salah satunya Gustini yang dikenal sebagai koordinator gepeng.
Namun, warga Gang Laila, Kelayan A ini mengatakan sebagai pengemis
biasa. Dia mengaku mengemis agar bisa membantu suami membiayai satu
putranya yang masih bersekolah. “Bapaknya (suami) bekerja di bangunan,”
ujar dia. Mila juga kembali tertangkap. Ketika ditanya, perempuan berusia 15 tahun
itu mengaku kembali mengemis karena sudah berstatus janda. Usai menikah
selama lima bulan delapan hari, Mila mengaku tidak diberi nafkah oleh
suami.
GIMANA GAN, MAU GANTI PROFESI, PROSPEK CERAH TU!!!
GIMANA GAN, MAU GANTI PROFESI, PROSPEK CERAH TU!!!
masih sehat-sehat kok mengemis,hmm
BalasHapus