Artikel TerbaruSelamat Datang di Putra Martapura

Dubai: Negara Muslim Termegah dan Termodern yang Menjunjung Hukum Islam

Dubai Burj Khalifa, Gedung Tertinggi di Dunia Terletak di Negara Ini, Saking Tingginya Gedung Ini Membuat Waktu Berbuka Puasa ataupun Sahur di Tiap Lantai Berbeda
Dubai - Setiap negara memiliki norma sendiri dan semua orang termasuk wisatawan harus menaatinya. Ada beberapa aturan kesopanan yang harus diketahui saat liburan di Dubai, Uni Emirat Arab. Apa saja?

Sebagai negara yang menganut sistem hukum Islam, Dubai memiliki peraturan yang ketat di beberapa bagian. Seperti contoh, wisatawan tidak boleh menunjukkan romantisme di depan umum. Jangankan berciuman, berpegangan tangan di depan umum pun sudah dilarang.

Tahun 2010 silam, sepasang turis asal Inggris pernah ditahan selama sebulan karena berciuman di tempat umum, demikian ditengok dari The Sidney Morning Herald, Rabu (27/3/2013). Memang, peraturan yang berlaku di sana adalah tidak boleh memamerkan romantisme di depan umum, termasuk berpegangan tangan atau berciuman.

Berikut sejumlah aturan dari Dubai Department of Tourism and Commerce Marketing yang berlaku untuk wisatawan asing yang berkunjung ke sana:

Anda dibolehkan mengkonsumsi alkohol jika sudah berumur 21 tahun ke atas. Namun, minum di area umum atau mabuk di tempat umum sama sekali tidak diperbolehkan.

Peraturan lainnya, mengumpat, meludah, bertindak agresif dan merokok di luar area yang diizinkan adalah tindakan yang melanggar hukum. Para pria lazimnya saling menjabat tangan kala bertemu, meski para wanita diminta tidak menyodorkan tangannya ke lawan jenis.

Bagi para pria, berhati-hatilah saat melihat wanita Arab. Karena peraturan yang berlaku, pria harus menghindari tatap-tatapan dengan penduduk lokal wanita. Ini juga berlaku untuk sekadar menatap, daripada terkena masalah, lebih baik hindari memandang wanita Arab.

Tidak begitu jauh berbeda dengan Indonesia, saat bulan Ramadan, makan dan minum di tempat umum juga tidak diperbolehkan. Para turis yang non Muslim bisa makan dan minum di area yang tidak terlihat banyak orang seperti di hotel atau restoran yang tertutup.

Saat berlibur ke negara di Timur, termasuk ke Dubai, turis wanita harap mengenakan pakaian yang sopan. Mengenakan atasan yang terbuka atau bawahan yang terlalu pendek di tempat umum itu tidak dianjurkan. Memakai pakaian renang atau bikini boleh saja selama di kolam renang atau area pantai. Selain di sana, memakai pakaian minim tidak diperbolehkan.

Peraturan terakhir adalah, para turis pria harus selalu mengenakan pakaian atau kaus. Pria sama sekali tidak boleh bertelanjang dada atau akan terkena masalah jika melanggar peraturan tersebut. sumber

Berikut Gambar Keindahan Kota Dubai:

Kota Dubai Dengan Gedung-Gedung Pencakar Langitnya
Salah Satu Hotel Termegah dan Termahal di Dunia, Dubai Merupakan Surganya Dunia
Suasana Pagi di Kota Dubai, Pemandangan Embun Pagi dengan Gedung Pencakar Langitnya
Mobil Patroli Polisi Dubai, Dengan Pintu Sayap di Samping Kanan dan Kirinya, Mantap Gan, Semoga Saja di Indonesia Mobil Patrolinya Bisi Begini Juga, Para Penjahat Ga Mungkin Bisa Kabur. Heeee.....

Dubai Membuat Pulau-Pulau Kecil Dengan Bentuk Bola Dunia Maupun Pohon Kurma dengan Gedung-Gedung Indah dan Megah yang Berdiri di Atasnya





Air Mancur Dengan Efek Lighting serta Alunan Musik, Air Mancur Ini Meliuk-Liuk Mengikuti Alunan Musik

Sejarah Masuknya Islam di Kalimantan Selatan

Hikayat Banjar sebagai salah satu sumber yang banyak dipakai dalam mempelajari sejarah Banjar, memerlukan seleksi hati-hati karena selain terdapat unsur-unsur legindaris juga ia merupakan dokumen kerajaan yang ditulis atas perintah raja yang tidak bisa dilepaskan dengan politik raja yang berkuasa. Tidak ada disebutkannya tahun-tahun peritiwa atau masa pemerintahan raja-raja di Kerajaan Banjar dalam Hikayat tersebut, menyebabkan penulis-penulis sejarah tentang Banjar masih terdapat perbedaan tentang masa-masa pemerintahan raja-raja tersebut.

Sehubungan dengan hal itulah kesempatan untuk menyampaikan prasaran saat ini dimaksudkan juga untuk mendapatkan data-data baru tentang daerah ini yang mungkin dimiliki daerah-daerah lain, terutama daerah yang ada disebut-sebut dalam Hikayat Banjar pada masa-masa yang lalu.

Selanjutnya dalam makalah ini saya akan mengemukakan proses lahirnya Kerajaan Banjarmasin, yang dapat dkatakan sebagai langkah pertama dimulainya penyebaran Islam di Kalimantan Selatan. Di samping itu akan dikemukakan pula perihal masuknya Islam dan perkembangannya di masyarakat, serta usaha-usaha penyebaran yang lakukan Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari sehingga Islam berakar sampai ke pelosok-pelosok di daerah Kalimantan Selatan. 

Lahirnya Kerajaan Banjarmasin 
Kerajaan Banjarmasin pada hakekatnya adalah lanjutan dari Kerajaan Negara Daha. Maharaja Sukarama yang menggantikan Sekar Sungsang raja pertama di Negara Daha telah mewasiatkan kepada Patih Aria Tarenggana bahwa apabila ia meninggal maka yang berhak menggantikannya adalah cucunya yang bernama Raden Samudera.

Sepeninggalnya Maharaja Sukarama di Negara Daha terjadi kekacauan. Pangeran Mangkubumi salah seorang putranya berusaha untuk naik tahta. Maka untk keselamatan Raden Samudera, Patih Aria Terenggana menyuruhnya agar meninggalkan istana. Karena itu Raden Samudera kemudian harus hidup menyamar sebagai anak nelayan di daerah orang Serapat, orang Balandian, orang Banjarmasin atau orang Kuwin.

Pangeran Mangkubumi yang naik tahta menggantikan Maharaja Sukarama, karena suatu fitnah kemudian dibunuh oleh Pangeran Tumenggung, adiknya sendiri.

Sementara itu Patih Masih penguasa bandar di Banjarmasih (Banjarmasin) yang mengetahui perihal nasib Raden Samudera kemudian mencarinya untuk dirajakan. Selanjutnya terdapat kesepakatan lima orang Patih, yakni Patih Masih, Patih Muhur, Patih Balit, Patih Kuwin dan Patih Balitung untuk merajakan Raden Samudera di daerah Banjar.

Kesepakatan itu didasari pertimbangan-pertimbangan:
  • Raden Samudera mempunyai hak atas kerajaan, karena wasiat Maharaja Sukarama agar cucunya (Raden Samudera) yang menggantikannya.
  • Patih Masih dan patih-patih lainnya di daerah Banjar, hendak melepaskan diri terhadap kewajiban senantiasa mengantar upeti ke Negara Daha.
  • Sehubungan dengan kepentingan perekonomean daerah, Patih Masih hendak memindahkan kegiatan perdagangan dari bandar muara Bahan ke daerah Banjar.
Tindakan para Patih yang bersepakat merajakan Raden Samudera tersebut, menyebabkan timbulnya pertentangan antara Negara Daha dengan Banjarmasih. Dalam usaha menyeleikan pertentangan tersebut, Raden Samudera atas anjuran Patih Masih meminta bantuan kepada Kerajaan Islam Demak. Sultan Demak mau membantu Raden Samudera dengan syarat apabila menang Raden Samudera bersedia masuk islam.

Berikut ini kutipan dari Hikayat Banjar sehubungan dengan hal tersebut di atas:
“….maka kata Pangeran Samudera baiklah kita minta bantu pada raja Demak itu, maka disuruh Patih Balit serta aturan……. membawa surat salam Pangeran Samudera pada Sultan Demak itu…….”.

Surat yang ditulis dalam bahasa Melayu menggunakan aksara Arab tersebut berbunyi:
“Salam sembah putra andika di Banjarmasin sampai kapada Sultan Demak, putra andika manjatu nugraha tatolong bantu tandingan sampian, karana putra andika barabut karajaan lawan papaku itu nama Pangeran Tumenggung, tiada dosa-dosa putra andika menjatu nugraha tatolong bantu tandingan sampian. Adapun lamun manang putra andika mangaula kapada andika, maka sasambah putra andika intan sapuluh, paikat saribu galong, tatudung saribu buah, damar saribu kindai, jaranang sapuluh pikul, lilin sapuluh pikul”.

“Maka kata Sultan Demak mau aku mambantu lamun anakku raja Banjarmasin masuk agama Islam itu lamun tiada mau Islam tiada aku mau bertolong”

“Sudah itu maka Patih Balit kambali, tiada tersebut di tangah jalan maka ia datang ke Banjar, maka manghadap lawan Patih Masih kepada Pangeran Samudera itu, maka diturnyalah sakalian pemblas itu, dan seperti kata Sultan Demak banyak parkara itu, maka Pangeran Samudera itu mau Islam, dan Patih Balit, Patih Mohor, Patih Kuin, Patih Balitung sama handak masuk Islam itu mufakat".

Dalam Hjkayat Banjar disebutkan bahwa kelompok-kelompok yang membantu Raden Samudera dalam prang melawan Pangeran Tumenggung adalah:
  1. Seribu orang Demak;
  2. Rakyat daerah-daerah yang dahulu menjadi taklukan Maharaja Sukarama, daerah-daerah itu adalah: Sambas, Batang Lawai, Sukadana, Kotawaringin, Pambuang, Sampit, Mandawai, Sabangau, Biaju Besar, Biaju Kecil, Karasikan, Kutai, Berau, Pasir, Pamukan, Pulau Laut, Satui, Hasam-hasam, Kintap, Sawarangan, Tambangan Laut, dan Tabanio;
  3. Kelompok pedagang, yakni orang Melayu, orang Cina, orang Bugis, orang Makasar, orang Jawa yang ada di Banjarmasih.
Disebutkan bahwa akhir dari pertentangan antara Raden Samudera dengan Pangeran Tumenggung tersebut terjadi dalam suatu insiden di atas perahu telangkasan, di mana Pangeran Tumenggung menyerahkan tahtanya kepada Raden Samudera, karena tergetar hatinya menyaksikan kemanakannya merelakan dirinya dan menyatakan dirinya tidak mau melawannya. Peristiwa tersebut dikuti dengan penyerahan peralatan kerajaan untuk dibawa ke Banjarmasin. Selanjutnya Raden Samudera menyerahkan daerah Batang Amandit dan Batang Alai untuk tetap diatur oleh pamannya Pangeran Tumenggung.

Raden Samudera menetapkan pusat kerajaan itu di Banjarmasin. Ia kemudian diislamkan oleh seorang Penghulu dari Demak. Dan oleh seorang Arab ia diberi nama Sultan Suriansyah.

Dari peristiwa di atas tampak bahwa penggantian raja-raja yang memerintah di Kerajaan Negara Daha sampai berdirinya Kerajaan Banjarmasin, tidak merupakan pergantian yang teratur dari ayah kepada anak. Raja-raja yang memegang tahta di Negara Daha sampai berdirinya Kerajaan Banjarmasin adalah:
Raden Sekar Sungsang
Maharaja Sukarama
Pangeran Mangkubumi
Pangeran Tumenggung
Raden Samudera (Sultan Suriansyah).

Menurut Hikayat Banjar bahwa sesudah Majapahit terdapat Kerajaan Demak yang diperintah oleh Sultan Surya Alam. Hageman menyebutkan bahwa Surya Alam sama dengan Raden Trenggono. Tetapi Surya Alam dapat pula diidentikkan dengan nama Alam Akbar gelar Raden Fatah raja Demak pertama. Sementara itu Hikayat Banjar tidak menyebutkan nama Sultan Demak yang telah mengirimkan bantuan ke Banjarmasin tersebut.

J.C. Noorlander berpendapat bahwa umur kuburan Sultan Suriansyah dapat dihitung sejak kurang lebih tahun 1550. Ini berarti Sultan Suriansyah meninggal pada sekitar tahun 1550.

Raja-raja Demak yang masyhur sesudah Raden Fatah, adalah Pati Unus (1518-1521) dan Sultan Trenggono (1521-1546). Sesudah itu di Demak terjadi pertentangan-pertentangan dalam memperebutkan mahkota. Kalau Sultan Suriansyah meninggal pada kurang lebih tahun 1550, maka raja Demak yang pemerintahannya dekat dengan tahun itu adalah Sultan Trenggono.

Sehubungan dengan uraian di atas maka permulaan pemerintahan Sultan Suriansyah dapat dicari pada masa pemerintahan Sultan Trenggono, dalam tahun 1521-1546. Dr. J. Eisenberger menulis masa pemerintahan Sultan Suriansyah kurang lebih 25 tahun. Berdasarkan sumber-sumber tersebut di atas masa pemerintahan Sultan Suriansyah dapat diperkirakan berlangsung sekitar tahun 1525/1526-1550.

Kerajaan yang dibangun Sultan Suriansyah dan berpusat di Banjarmasin (Kuin) tersebut oleh Sultan Banjar ke empat (Sultan Mustainullah) ibu kota kerajaan dipindahkan ke Martapura. Schrieke menulis bahwa perpindahan ibu kota ke Martapura itu sejak tahun 1612. Perpindahan tersebut didasari pertimbangan-pertimbangan bahwa di tempat itu selain tanahnya bertuah, maka karena tempatnya jauh di pedalaman akan sukar didatangi oleh orang-orang yang tidak beragama Islam.

Selanjutnya pada masa pemerintahan pemerintahan Tahmidullah bin Sultan Tamjidillah (1761-1801) penyebaran Islam mengalami kemajuan pesat. Pada waktu itu di ibu kota Kerajaan Banjar hidup seorang ulama besar bernama Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari.

Salah seorang Sultan Banjar yang dalam masa pemerintahannya berusaha menanamkan ajaran Islam kepada rakyatnya adalah Sultan Adam (1825-1857). Melalui Undang-Undang kerajaan yang terkenal dengan nama Undang-Undang Sultan Adam, ia menyuruh sekalian rakyatnya baik laki-laki maupun perempuan agar ber-i’tiqad Ahlussunnah wal Jamaah dan melarang ber-i’tiqad ahlal bidaat.

Kerajaan ini akhirnya diproklamirkan dihapus oleh Belanda pada tanggal 11 Juni 1860 setelah Sultan Hidayatullah yang sebelumnya bersama Pangeran Antasari mencetuskan Perang Banjar. Sultan Hidayatullah kemudian diasingkan oleh Belanda ke Cianjur (Jawa Barat), sedangkan Pangeran Antasari meninggal pada masa perang karena sakit.

Masuknya Islam ke Kalimantan Selatan
Di muka telah disebutkan bahwa Sultan Suriansyah diislamkan oeh seorang Penghulu dari Demak. Peritiwa ini terjadi pada awal abad ke 16, yakni pada masa awal pemerintahannya. Pengislaman Sultan ini diikuti pula oleh para Patih dan rakyatnya.

Dalam hikayat Banjar tidak disebutkan siapa nama Penghulu dari Demak yang mengislamkan/melaksanakan pengtahbisan Raden Samudera sebagai raja Islam pertama di Kerajaan Banjar. Drs. Hasan Muarif Ambary dalam prasarannya yang berjudul: Catatan Tentang Masuk dan Berkembangnya Islam di Kalimantan Selatan, pada Seminar Sejarah Kalimantan Selatan di Banjarmasin tahun 1976, mengemukakan ada lima Imam (Penghulu) Demak selama Kerajaan Demak berdiri, yaitu:


1. Sunan Bonang atau Pangeran Bonang, dari 1490 sampai 1506/12.
2. Makdum Pembayun dari 1506/12 hingga 1515.
3. Kiayi Pembayun dari 1515 sampai 1521.
4. Penghulu Rahmatullah dari 1521 hingga 1524.
5. Sunan Kudus 1524---

Menurut beliau jika dilihat masa pemerintahan Raden samudera atau berdirinya Kerajaan Banjar, maka ketika Imam terakhir itulah salah satu di antara mereka munkin merupakan tokoh yang hadir untuk mentahbiskan Raden Samudera.

Sementara itu dalam sejarah Banjar terkenal seoang Penghulu bernama Khatib Dayyan. Bagi masyarakat Banjar Khatib Dayyan dikenal sebagai penyebar Islam pertama di Kalimantan Selatan. Ia juga dikatakan sebagai seorang yang berjasa dalam mengislamkan Raden Samudera dan rakyatnya. Makamnya terdapat di dalam Kompleks Makam Sultan Suriansyah.

Dalam Hikayat Banjar disebutkan bahwa Mantri Demak dan Penghulu Demak tersebut setelah mengislamkan Sultan Suriannyah mereka kembali ke Demak. Oleh karena itu bukan tidak mungkin bahwa Khatib Dayyan adalah orang Banjar sendiri yang lebih banyak peranannya dalam menyebarkan Islam di Kerajaan Banjar sesudah Mantri dan Penghulu Demak kebali ke negeri mereka.

Di samping itu ada data-data yang menunjukkan bahwa Islam telah masuk dan dikenal orang Banjar jauh sebelum peristiwa datangnya Penghulu dari Demak tersebut:
  • Pada abad ke 15 ketika permintaan cengkih bertambah besar, maka tanaman ini yang dahulunya hanya merupakan hasil hutan kemudian ditanam di perkebunan-perkebunan. Usaha perkebunan cengkih yang mula-mula terdapat di Ternate, kemudian seram dan Ambon. Para pedagang Gujarat yang beragama Islam, kemudian juga dengan para pedagang Cina yang menurut berita Jing Yai Sheng Lan tahun 1416 sudah banyak yang beragama islam, dalam perjalanan itu mereka singgah di bandar-bandar kalimantan Selatan dan Makasar.
  • H. Abdul Muis dalam prasarannya yang berjudul: Masuk dan Tersebarnya Islam di Kalimantan Selatan, pada Pra Seminar Sejarah Kalimantan Selatan tahun 1973 mengemukakan bahwa Raden Paku (Sunan Giri) putra Sayid Ishak pada waktu berumur 23 tahun berlayar ke Pulau Kalimantan di pelabuhan Banjar, membawa barang dagangan dengan 3 buah kapal bersama dengan juragan Kamboja yang terkenal dengan nama Abu Hurairah (Raden Burereh). Sesampainya di pelabuhan Banjar datanglah penduduk berduyun-duyun membeli barang dagangannya, kepada pendudk fakir miskin barang-barang itu diberikannya dengan Cuma-Cuma.
  • Seperti telah disebutkkan di muka dalam rangka menghadapi pangeran Tumenggung, Patih Masih telah menasihatkan kepada Raden Samudera untuk meminta bantuan kepada Kerajaan Islam Demak. Tindakan Patih Masih tersebut menunjukkan adanya simpati terhadap orang-orang Islam yang sedikit banyaknya sebagai seorang penguasa bandar telah mengetahui perihal kehidupan pedagang-pedagang Islam yang pernah datang ke Bandar Masih sebelumnya.
Data-data tentang adanya pedagang Gujarat dan pedagang Cina yang sudah beragama Islam, yang pada sekitar awal abad ke 15 dalam perjalanan mereka singgah di pelabuhan-pelabuhan Kalimantan Selatan, demikian juga adanya berita tentang pedagang Islam dari Jawa (Raden Paku) yang pernah singgah dan berdagang dan berdagang di pelabuhan Banjarmasin, juga adanya anjuran Patih Masih agar Raden Samudera meminta bantuan kepada Sultan Demak, serta adanya kelompok pedagang dari luar seperti orang Melayu, orang Cina, orang Bugis, orang Makasar, orang Jawa, yang menyatakan membantu raden Samudera ketika timbul perlawanan terhadap Pangeran Tumenggng, semua itu menunjukkan bahwa agama Islam sudah masuk ke kalimantan Selatan melalui para pedagang jauh sebelum bantuan dan Penghulu yang dikirimkan Sultan Demak sampai di Banjarmasin.

Perkembangan Islam di Kalimantan Selatan
Penduduk asli Pulau Kalimantan disebut orang Dayak. Orang Dayak yang mendiami Pulau Kalimantan tersebut terdiri atas beberapa suku. Masing-masing suku mempunyai kepercayaan masing-masing. Tetapi pada dasarnya kepercayaan mereka itu mempunyai persamaan-persamaan yang banyak. Istilah yang populer menyebut kepercayaan mereka adalah kepercayaan Kaharingan.

Penduduk asli tersebut kemudian terdesak ke arah pedalaman. Di pesisir barat terdesak oleh orang-orang Melayu dan Cina, di selatan terdesak oleh orang-orang Melayu dan orang-orang Jawa, dan di bagian tenggara terdesak oleh orang-orang Bugis, Makasar dan Sulu.

Orang Dayak yang mendiami daerah-daerah pedalaman Kalimantan tersebut dapat dibagi atas 7 macam suku, yakni:
1. Suku Dayak Kenya dan Bahau yang mendiami pedalaman Mahakam.
2. Suku Dayak Punan, yang mendiami pedalaman daerah Berau.
3. Suku Dayak Siang, yang mendiami pedalaman Barito Hulu.
4. Suku Dayak Kayan, yang mendiami perbatasan Serawak.
5. Suku Dayak Iban dan Kalemantan, yang mendiami pedalaman Kalbar dan utara.
6. Suku Dayak Ngaju, yang mendiami pedalaman Kapuas, dengan suku-suku kecilnya, yakni: a. Dayak Lawangan, yang mendiami pedalaman Barito Timur.
b. Dayak Manyan, yang mendiami pedalaman Balangan dan Barito Selatan.
7. Suku Dayak Ot Danum, yang mendiami pedalaman Tumbang Siang, Tumbang Miri, Tumbang Lahang dan sekitarnya.

Selanjutnya sehubungan dengan telah terdesaknya penduduk asli tersebut ke daerah pedalaman oleh suku-suku pendatang, maka ada beberapa pendapat mengatakan suku yang kemudian mendiami di daerah-daerah pesisir tersebut adalah perpaduan dari orang-orang dari suku pendatang. Seorang sejarawan Banjar Drs. M. Idwar Saleh berpendapat bahwa timbulnya suku Banjar kemudian yang mendiami daerah Kalimantan Selatn adalah keturunan yang lahir dari percampuran orang-orang Melayu dan Jawa serta Olo (orang) Ngaju yang telah bercampur dan kawin-mawin selama beberapa generasi di daerah tersebut. Percampuran itu ditambah lagi dengan pendatang-pendatang lain seperti orang-orang Bugis, Cina, India dan Arab.

Unsur-unsur animisme, dynamisme dan spiritisme atau daemonisme yakni serba semangat yang terdapat dalam kepercayaan Kaharingan, merupakan unsur-unsur yang ternyata masih berpengaruh dalam tradisi dalam kehidupan masyarakat orang Banjar kemudian.

Sementara itu ada juga data yang menunjukkan adanya hubungan Kerajaan Majapahit dengan daerah Banjar, yakni terdapatnya nama beberapa tempat di daerah Kalimantan Selatan dalam daftar daerah-daerah yang menjadi bagian dari kerajaan Majapahit tersebut. Dalam daftar itu terdapat nama-nama daerah; seperti: Pasir, Baritu (Barito), Tabalung (Tabalong), dan lain-lain.

Di samping itu dalam Hikayat Banjar disebutkan bahwa Pangeran Suryanata yang menjadi suami Putri Junjung Buih, adalah putra raja Majapahit.

Adanya hubungan antara Majapahit dengan daerah ini, merupakan petunjuk bahwa agama Syiwa-Budha sampai pula ke daerah Kalimantan Selatan. Hal ini dikuatkan dengan adanya situs candi-candi di daerah ini, seperti Candi Agung di Negara Dipa (Amuntai) dan Candi Laras di Negara Daha (Margasari-Rantau). Ditemukannya lingga dan arca-arca berupa Nandi dan Batar Guru di situs Candi Laras, menunjukkan adanya unsur-unsur Syiwa yang pernah berkembang di daerah ini.

Dengan demikian agama Islam yang masuk ke Kalimantan Selatan ini, berkemban pada masa permulaannya di kalangan masyarakat yang sebelumnya telah dipengaruhi oleh unsur-unsur Kaharingan dan Syiwa-Budha. Agama Islam yang masuk itu kemudian dianut oleh sebagian besar masyarakat Kalimantan Selatan, yang sebelumnya telah menganut kepercayaan Kaharingan, agama Syiwa-Budha atau syncritisme dari agama-agama tersebut. Sehingga dapat dikatakan bahwa ajaran-ajaran Islam yang mula-mula berkembang di daerah Kalimantan Selatan ini, menghadapi pengaruh dari unsur-unsur kepercayaan tersebut.

Untuk itu dapat diikuti kutipan berikut, yakni kebiasaan lama yang dikenal oleh masyarakat di daerah Banjar:
“Orang meminta selamat ketika mendirikan rumah, sembuh dari sakit, berlindung dari bahaya yang ditakuti atau ada hajat yang ingin dikabulkan dan sebagainya, lalu dibutlah nasi ketan yang ditempa-tempa seperti bentuk stupa dengan inti di puncaknya, bentuk stupa seperti yang pertama kali dibangun oleh Asoka, atau bentuk gunung mythologis perlambang pusat dunia dan keindahan, suatu yang dianggap keramat oleh pemeluk Hindu-Budha.

Upacara sajenan seperti itu tidak diberantas oleh penyiar Islam di waktu iti, hanya mantera-mantera yang semula ditujukan kepda roh gaib dan dewa-dewa diganti dengan do’a dan zikir kepada Allah. Upacara seperti ini di Kalimantan Selatan dikenal dengan sebutan “halarat”, demikian juga “batumbang”, “baanjur-anjur dengan 40 macam juadah”, adalah sesajen zaman pra Islam. Acara “badudus”, “mandi-mandi”, dan “baayun anak” adalah adat di zaman Hindu yang kemudian dituang dalam tuangan Islam dengan bacaan shalawat kepada Nabi.”

Kehidupan Islam yang berkembang di masyarakat Banjar seperti yang digambarkan di atas menjalani masa yang cukup lama. Orang Banjar pada umumnya menjunjung tinggi ajaran-ajaran Islam, tetapi dalam melakukan kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan ibadah dan amaliah masih banyak yang belum dapat melepaskan diri dari tradisi-tradisi kepercayaan dan agama yang berkembang sebelumnya.

Memasuki abad ke 17 Banjarmasin telah menjadi bandar perdagangan yang ramai. Hal ini terjadi sehubungan dengan tindakan Kerajaan Mataram yang telah menyerang dan menghancurkan kota-kota pantai di utara Jawa, sehingga pedagang-pedagang pindah secara besar-besaran ke Makasar dan Banjarmasin. Dan pada waktu itu pula terjadi perubahan jalan dagang ke Maluku melalui Makasar, Kalimantan Selatan, Patani dan Cina, atau dari Makasar dan Banten ke India.

Pada waktu itu orang Banjar sudah banyak yang melakukan pelayaran berdagang ke luar daerah. Tradisi berlayar ini memberikan kemungkinan kepada orang Banjar untuk melakukan ibadah haji ke Mekah dengan menggunakan kapal-kapal sendiri.

Mereka yang pergi menunaikan ibadah haji ke Mekah tersebut, biasanya tinggal beberapa tahun di sana sambil belajar pengetahuan agama. Mereka itu kemudian pulang dengan membawa pengetahuan dan kitab-kitab dari Mekah. Semakin banyak orang Banjar yang datang dari Mekah semakin banyak pandangan-pandangan baru yang masuk ke daerah ini.

Di antara pandangan-pandangan baru yang masuk tersebut terdapat ajaran Sofi Al Hallaj, yang pernah diajarkan oleh Abdul Hamid di daerah ini. Selain itu telah masuk pula faham Syiah bersama para pedagang Arab dari suku Baalwi ke daerah ini. Sisa-sisa dari faham tersebut masih terdapat tradisi orang Islam di daerah ini, seperti pemakaian gelar Sayyid, penghormatan yang khusus terhadap turunan Ali dngan melakukan acara-acara tertentu, dan lain sebagainya. Di samping hal-hal tersebut di atas, maka pada waktu orang-orang Banjar telah banyak yang pergi haji tersebut, masuk juga nilai-nilai baru dalam aliran Ahlussunnah wal Jama’ah aliran Islam yang telah berkembang sebelumnya.

Tetapi sampai pada awl abad ke 18 nilai-nilai baru yang masuk bersama orang-orang yang datang dari Mekah tersebut tidak banyak tampak dalam masyarakat. Usaha pembaharuan dan penybaran agama Islam yang bersumber langsung dari Mekah tersebut baru dimulai pada pertengahan abad ke 18, yakni oleh seorang ulama kelahiran Martapura yang lebih 30 tahun memperdalam ilmu agama di Mekah dan Madinah, Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari.

Penyebaran Islam oleh Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari
Muhammad Arsyad dilahirkan pada tahun1122H atau 1710M di desa Lok Gabang, Martapura. Pada waktu berumur kurang lebih 8 tahun ia dipungut oleh Sultan Banjar untuk diasuh dan dididik di istana. Kemudian ia dikawinkan dan menjelang umur 30 tahun diberangkan belajar memperdalam ilmu agama Islam di Mekah.

Muhammad Arsyad tiba kembali di Martapura ibu kota Kerajaan Banjar,
pada bulan Ramadhantahun 1186 H (1772 M). Ia kembali setelah memperoleh keahlian khusus dalam ilmu Tauhid, Fiqh, ilmu Falak dan ilmu Tasauf.

Usahanya dalam menyebarkan Islam di daerah Kerajaan Banjar pada waktu itu dimulai dengan melakukan pengajian, kemudian menyebarkan anak cucunya (muridnya) yang telah memperoleh kealiman ke daerah-daerah pedalaman, di samping itu menulis kitab-kitab agama dalam bahasa Melayu dengan aksara Arab.

Sistem pengajian yang dilakukan Syekh Muhammad Arsyad mula-mula mengajari 2 orang cucunya yang bernama Muhammad As’ad dan Fatimah, sehingga dalam waktu yang tidak lama keduanya telah mewarisi kealimannya. Keduanya kemudian membantu usaha kakeknya. Dalam Syajaratul Arsyadiah disebutkan bahwa Muhammad As’ad kemudian menjadi guru sekalian murid laki-laki, dan Fatimah menjadi guru sekalian murid perempuan.

Dalam tulisan yang berjudul Riwayat Syekh Muhammad Arsyad al Banjari, Zafry Zamzam (almarhum) mengemukakan bahwa dalam pengajian yang dilakukan oleh Syekh Muhammad Arsyad bukanlah semata-mata belajar ilmu pengetahuan agama, tetapi disertai bekerja bersama dan memasuki kehidupan masyarakat melalui kegiatan bertani.

Sistem pengajian yang dilakukan Syekh Muhammad Arsyad itu mmerupakan perwujudan dari ajarannya yang menyeimbangkan antara “hakekat” dan “syari’at”. Sehingga dengan demikian segala peristiwa dalam kehidupan ini tetap terjadi menurut hukum sebab akibat.

Bukti besarnya perhatian Syek Muhammad Arsyad dalam usaha pertanian tersebut adalah telah diwariskannya sebuah saluran air sepanjang kurang lebih 8 km yang digali atas gagasan dan pimpinan beliau, untuk mengalirkan air yang menggenangi tanah luas, sehingga kemudian dapat dijadikan tanah persawahan yang subur. Saluran air itu sekarang dikenal dengan nama “Sungai Tuan”, artinya sungai yang penggaliannya digariskan oleh Tuan Guru Haji Besar, yakni gelar dari Syekh Muhammad Arsyad.

Kegiatan Syekh Muhammad Arsyad membimbing dan melatih anak didiknya dalam lapangan pertanian tersebut merupakan tindakan untk memberi bekal anak didiknya agar bisa menyusun penghidupan kelak. Dipihnya lapangan tersebut dapat dikaitkan karena murid-muridnya tersebut umumnya berasal dari keluarga tani, dan kemanapun nantinya mereka hidup dan berkeluarga mereka akan menemui jenis usaha ini, terutama dalam daerah Kalimantan Selatan sebagai daerah agraris.

Selanjutnya Syekh Muhammad Arsyad menempuh suatu cara untuk menyebarluaskan sistem pengajian tersebut, dengan mengharuskan setiap anak cucu dan muridnya yang sudah mencapai kealiman untuk hidup berkeluarga dan tinggal menyebar ke daerah-daerah pedalaman Kalimantan. Di mana mereka tinggal maka di tempat itupun kemudian berlangsung pula pengajian. Demikianlah kemudian pengajian-pengajian yang diselenggarakan anak cucu Syekh Muhammad Arsyad tidak hanya terdapat dalam wilayah Kalimantan Selatan, tetapi juga terdapat di Pontianak Kalimantan Barat, bahkan ada cucu beliau yang bernama Syekh Haji Abdurrahman Siddiq yang menyelenggarakan pengajian sambil melakukan pembukaan tanah tanah pertanian/perkebunan di Sapat-Tambilahan.

Cara penyebaran Islam denagn menganjurkan anak cucu dan murid-muridnya yang telah mencapai kealiman untuk tinggal dan kawin-mawin di ddaerah-daerah yang jauh dari ibu kota Kerajaan Banjar waktu itu dapat dilihat dari:
  • Cucu beliau yang bernama Haji Mouhammad As’ad, yang kemudian juga diangkat sebagai Mufti pertama di Kerajaan banjar, kawin dengan seorang penduduk desa Balimau di Kandangan.
  • Alimul Alamah Haji Abu Talhah bin Haji Muhammad As’ad beristeri dan mengajar di Pagatan.
  • Alimul Alamah Haji Abu Hamid bin HAJI Muhammad As’ad beristeri dan mengajar di Pontianak.
  • Alimul Alamah Haji Ahmad beristeri dan mengajar di Amuntai, kemudian juga di desa Balimau-Kandangan.
  • Alimul Alamah Haji Muhammad Arsyad bin Haji Muhammad As’ad beristeri dan mengajar di desa Muara Sungai Pamintangan-Amuntai.
  • Alimul Alamah haji Muhammad Thaib (Haji Sa’duddin) beristeri dan mengajar di desa Hamawang’Kandangan.
Dengan sistem pengajian dan cara penyebarannya seperti tersebut di atas, maka di mana bermukim anak cucu turunan Syekh Muhammad Arsyad, di tempat itu berkembang Ajaran Islam Ahlussunnah wal Jama’ah menurut Mazhab Imam Syafi’i. Usaha-usaha yang dilakukan Syekh Muhammad Arsyad bersama anak cucunya tersebut telah berhasil menanamkan pandangan-pandangan baru dalam Islam, baik masalah hubungan dengan kepercayaan “lama” mapun dalam persoalan mazhab.

Selanjutnya seperti disebutkan di muka bahwa di samping menyelenggarakan pengajian Syekh Muhammad Arsyad dalam usahanya menyebarkan Islam di daerahnya, ia juga telah menulis beberapa buah kitab agama dalam bahasa Melayu dengan aksara Arab. Kitab-kitab karyanya tersebut dapat dibedakan atas 3 kelompok:

Kitab-kitab Tauhid , yakni yang bertujuan memantapkan keyakinan iman dan aqidah yang benar. Kitab-kitab itu adalah: a. Usuluddin, b. Tuhfatur Raghibin.
Kitab-kitab Fiqh, yang membicarakan masalah-masalah ibadah dan amaliah, yakni tentang segala tindakan manusia baik yang mempunyai hubungan dengan Tuhan maupun sesama manusia. Kitab-kitab ini adalah: a. Sabilal Muhtadin lit tafaqquh fi amriddin, b. Kitabun Nikahi, c. kitabul Faraid, d. Nuqtatul Ajlan, e. Hasyiah Fathil Jawab.
Kitab-kitab Tasauf, untuk mendapatkan kedamaian bathin dalam berhubungan dengan Tuhan. Kitab-kitab ini adalah: a. Kanzul Ma’rifah, b. Al Qauulul Mukhtashar.

Di antara kitab-kitab tersebut ada beberapa yang besar fungsinya dalam rangka pengembangan dan penyebaran Islam, kitab-kitab tersebut antara lain:
  • Kitab Tuhfatur Raghibin. Ktab ini ditulis pada tahun 1188 H (1774M) 41). Terdiri atas 28 halaman, menggunakan huruf Arab dan berbahasa Melayu. Dengan demikian dapat dipelajari oleh banyak orang di daerah ini yang pada umumnya dapat membaca huruf Arab. Isinya menerangkan hal-hal yang merusak Iman, yang menyebabkan orang menjadi syirik atau murtad. Dengan demikian melalui kitab ini Syekh Muhammad Arsyad berusaha menghindarkan/memperbaiki kekeliruan yang mungkin terjadi pada setiap pemeluk Islam di kalimantan Selatan waktu itu. Seperti telah dikemukakan di atas bahwa sampai datangnya Syekh Muhammad Arsyad di daerah ini agama Islam baru saja menerima unsur-unsur baru yang yang dibawa orang-orang yang kembali dari Mekah. Praktik-praktik ibadah dan muamalah masih banyak dipengaruhi oleh unsur-unsur kepercayaan yang pernah berkembang sebelmnya. Ini merupakan bagian dari usaha syekh Muhammad Arsyad dalam melakukan pembaharuan dan pemurnian agama Islam di daerah ini.
  • Kitab sabilal Muhtadin. Lengkapnya adalah Sabilal Muhtadin lit tafaqquh fi amriddin. Kitab ini ditulis berdasarkan permintaan Sultan Tahmidullah bin Sultan Tamjidullah pada tahun 1193 H (1779 M). 43). Seperti disebutkan di atas bahwa kitab Sabilal Muhtadin ini adalah sebuah kitab Fiqh, yaitu yang membicarakan segala hukum agama, baik yang berhubungan dengan kepercayaan ataupun yang berhubungan dengan muamalat. Kitab-kitab agama yang digunakan dalam pengajian-pengajian pada waktu itu umumnya menggunakan kitab-kitab berbahasa Arab yang tadinya dibawa sendiri oleh Syekh Muhammad Arsyad dari Mekah. Kitab-kitab dalam bahasa Arab tersebut dikenal dengan istilah Kitab Kuning. Penggunaan kitab-kitab tersebut dalam pengajian menemui kesulitan karena untuk dapat mengerti isinya orang lebih dahulu mengerti bahasa Arab. Di samping itu alam Kalimantan Selatan khususnya dan juga Indonesia pada umumnya mempunai kehidupan fauna dan flora yang berbeda sekali dengan negeri Arab. Sehingga dengan kitab-kitab Fiqh dari negeri Arab tersebut, mungkin akan menimbulkan beda pendapat dalam menetapkan hukum terhadap sesuatu yang hanya ada ditemukan di daerah atau alam Indonesia ini. Sebenarnya pda waktu itu sudah ada sebuah Kitab Fiqh Melayu di daerah ini, yakni Kitab Siratul Mustaqim karangan Nuruddin Ar Raniry, seorang ulama besar dari Aceh. Kitab tersebut ditulis dalam tahun 1044-1054 H (1634-1644 M).44) Sehubungan dengan hal itu Syekh Muhammad Arsyad menulis dalam Mukaddimah kitabnya, bahwa: “Lebih dahulu dari kitabnya itu telah ada sebuah kitab Fiqh atas mazhab Imam Syafi’i bernama Siratul Mustaqim yang ditulis oleh seorang alim yang lebih, bernama Nuruddin ar Raniry; Akan tetapi karena sebagian ibaratnya mengandung bahasa Aceh maka sulit bagi orang yang bukan ahlinya untuk mengambil pengertiannya; Lagi pula ada bagian dari ibaratnya yang diubah dari pada asalnya dan digantikan dengan yang lainnya atau gugur atau kurang disebabkan kelalaian penyalin-penyalinnya yang tidak berpengatahuan, sehingga menjadi rusak dan berselisih anatara naskah-naskah dan ibaratnya, sehingga hampir tidak diperoleh lagi naskah-naskah yang saheh dari penulisnya. “Kitab Sabilal Muhtadin terdiri atas 2 juz. Yang pertama tebalnya 252 halaman, dan juz kedua 272 halaman. Kedua juz ini merupakan kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Penyebaran Kitab sabilal Muhtadin ini dimulai dari ruang pengajian Desa Dalam Pagar sendiri, yakni dengan mengadakan salin menyalin dari naskah aslinya oleh murid-muridnya. Kemudian dibawa orang ke Mekah, di sana dilakukan salin menyalin pula, bahkan kemudian dijadikan kitab pelajaran Fiqh bagi orang-orang berbahasa Melayu, sehingga kitab ini dikenal luas oleh penuntut-penuntut ilmu di Mekah yang berasal dari berbagai daerah di Nusantara dan Asia Tenggara. Mereka itulah yang akan mengajarkannya pula di daerah atau di negeri mereka kemudian. Penlisan Kitab sabilal Muhtadin ini selesai pada tahun 1195 H (1780 M). Pertama kali dicetak pada tahun 1300 H atau 1882 m setentak di tiga tempat, yakni Mekah, Istambul dan Mesir, dengan pentasheh Syekh Ahmad bin Muhmmad Zain al Fathany, ulama berasal dari Fatani (Muang Thay) yang mengajar di Mekah pada waktu itu. Dengan adanya cetakan ini maka Sabilal Muhtadin lebih tersiar dan terkenal luas di Asia Tenggara. Bahkan penuntut-penuntut ilmu di Mekah umumnya lebih dahulu mempelajari Sabilal Muhtadin sebelum dapat membaca kitab berbahasa Arab.
  • Perukunan Besar. Buku ini hasil dari dekti yang diberikan Syekh Muhammad Arsyad kepada cucunya yang bernama Ffatimah binti Syekh Abdul Wahab Bugis.

Dalam buku ini yang tebalnya kurang lebih 100 halaman tercakup pengetahuan pokok yang harus dimiliki oleh seorang Muslim dan Muslimat. Di dalamnya terdapat pengetahuan dan cara-cara praktik segala yang menyangkut Rukun Islam dan Rukun Iman.

Buku ini juga disebut Perukunan Besar, karena Syekh Muhammad Arsyad disebut juga dengan gelar Haji Besar. Serta karena adanya tindakan salin menyalin sehingga buku ini tidak hanya tersebar di Kalimantan, Jawa, Sumatera, tetapi bahkan sampai ke Malaya.

Kitab Perukunan Besar ini pertama kali dicetak di Singapura pada tahun 1325 H atau tahun 1907 M, atas usaha dari seorang pedagang dari Negara (Kandangan), atas nama Haji Abdurrasyid Banjar.

Karena seperti disebutkan di atas terhadap kitab Perukunan ini terjadi tindakan salin menyalin, bahkan dilakukan pula penterjemahan ke dalam bahasa daerah lainnya, maka timbullah kemudian nama-nama Perukunan Sunda, Perukunan Jawa, Perukunan Melayu, dengan nama pengarang yang berbeda-beda.

Demikianlah dari sejumlah karya-karya Syekh Muhammad Arsyad yang tersebar luas itu, kita dapat mengukur sammpai di mana andil ulama besar ini dalam mengembangkan dan menyebarkan ajaran Islam tersebut.

Ulama besar ini meninggal pada tahun 1227 H (1812 M) dan dimakamkan di Desa Kelampayan (Martapura), dengan meninggalkan barisan ulama sebagai suatu kelompok sosial yang mempunyai kedudukan khusus dalam masyarakat Banjar yang mempunyai perasaan keagamaan yang kuat. Sumber

Nasehat Alam Kubur


  1. Aku adalah tempat yg palinggelap di antara yang gelap, maka terangilah aku dengan TAHAJUD
  2. Aku adalah tempat yang paling sempit, maka luaskanlahaku dengan ber SILATURAHIM. 
  3. Aku adalah tempat yang paling sepi maka ramaikanlah aku dengan perbanyak baca AL-QUR'AN.
  4. Aku adalah tempatnya binatang-binatang yang menjijikan maka racunilah ia dengan Amal SEDEKAH,
  5. Aku yang menyepitkanmu hingga hancur bilamana tidak Solat, bebaskan sempitan itu dengan SOLAT.
  6. Aku adalah tempat untuk merendammu dengan cairan yang sangat amat sakit, bebaskan rendaman itu dengan PUASA.
  7. Aku adalah tempat Munkar& Nakir bertanya, maka Persiapkanlah jawabanmu dengan Perbanyak mengucapkan Kalimat"LAILAHAILALLAH"

Kisah Nyata Burung Ababil


ABABIL, burung yang memporak-porandakan tentara Abrahah
Pernahkah Anda mendengar burung yang bernama Ababil? Jika Anda seorang muslim sejati pasti tidak asing lagi terhadap nama burung yang satu ini. Ia bukan jenis burung yang spesiesnya ada di dunia, bukan pula jenis burung yang penciptaannya untuk melengkapi keindahan dunia. Akan tetapi dia (Ababil) sengaja di ciptakan Allah untuk menghancurkan kesombongan, keserakahan dan arogansi seorang panglima perang yang paling ditakuti pada masanya itu.

Dialah Abrahah, panglima perang negeri Yaman yang amat termahsyur karena kebengisan dan kekuatan pasukannya. Akan tetapi, sekuat apa pun bala tentara manusia, tidak akan pernah sanggup melawan kekuatan bala tentara Allah. Bala tentara Allah itu salah satunya adalah Ababil.

Inilah kisah yang sangat mengerikan itu, kisah yang terjadi pada masa sebelum kelahiran Nabi Muhammad, Rasul akhir zaman. Kisah ini bermula ketika Abrahah merasa iri terhadap kota Mekkah yang yang di dalamnya terdapat ka'bah atau Baitullah yang selalu ramai dikunjungi oleh orang-orang Arab yang hendak melakukan ibadah haji setiap tahun. Pada masa Jahiliah, tata cara ibadah haji tidak seperti pada masa Islam sekarang ini, dan tujuannya pun bukan untuk menyembah Allah, melainkan berhala-berhala sembahan mereka yang terdapat di sekitar ka'bah.

Ia mempunyai hasrat yang besar ingin menghancurkan ka'bah dan mengalihkan peribadatan orang-orang Arab ke Yaman, yaitu sebuah gereja besar yang didirikan oleh Abrahah. Sebelum melakukan penyerangan ke Mekkah, ia terlebih dahulu mengirimkan seorang utusan untuk memberi tahu maksud dan keinginannya. Utusan itu menganjurkan bagi penduduk Mekkah agar mereka beribadah haji di Yaman saja. Jika tidak, maka Ka'bah akan dihancurkan. Rupanya ancaman utusan Abrahah tidak di hiraukan oleh penduduk Mekkah, mereka tetap saja beribadah di Mekkah.

Karena pembangkangan penduduk Mekkah, akhirnya Abrahah benar-benar marah dan memerintahkan seluruh pasukannya untuk segera bersiap-siap menyerang Mekkah dan menghancurkan Ka'bah. Pasukan Abrahah ini memiliki peralatan perang yang sangat lengkap, baju besi dan gajah-gajah yang akan di pergunakan untuk merobohkan ka'bah. Apalah arti kekuatan manusia bila berhadapan dengan gajah-gajah!! Sungguh amat kuat, tapi saksikanlah, sebentar lagi bala tentara Allah yang jauh lebih kuat dari pasukan Abrahah akan menghancurkan Abrahah dan pasukannya tanpa sisa. Abrahah memberitahukan tujuan penyerangannya bukan bermaksud ingin berperang, melainkan hanya ingin menghancurkan Ka'bah. Kala itu penduduk Mekkah yang dipimpin oleh Abdul Muthallib tidak dapat berbuat apa-apa untuk menghentikan niat Abrahah. Tidak ada pilihan lain kecuali pasrah dan menyerah.

Beberapa saat sebelum penghancuran Ka'bah, Abrahah memberi waktu kepada seluruh penduduk Mekkah untuk segera meninggalkan Mekkah dan mengungsi. Abdul Muthollib menginstruksikan kepada kaumnya untuk segera berlindung dan mengungsi dibalik bukit-bukit disekitar Mekkah.

Ada kisah tersendiri mengenai Abdul Muthallib dan Abrahah. Dalam perjalanan ekspansi pasukan Abrahah menuju penghancuran Ka'bah, ternyata Abrahah telah merampas unta-unta milik penduduk Mekkah dan sekitarnya, termasuk unta milik Abdul Muthollib. Maka dengan amat murka, kakek Nabi ini memberanikan diri untuk meminta kembali unta-unta yang dirampas Abrahah. Demi untuk mendapatkan kembali harta bendanya,Muthallib pun mengunjungi tenda peristirahatan Abrahah seorang diri tanpa pengawalan. Dan dialog pun terjadi di antara mereka.

"Ada perlu apa Anda menemui aku?" tanya Abrahah. "Anda telah merampas 200 ekor unta milikku dan 400 ekor unta milik penduduk Mekkah. Aku datang untuk meminta Anda mengembalikan semua itu kepada kami", jawab Muthallib. Abrahah terkejut dan tertawa terbahak-bahak sambil mengejek, "Anda ini aneh sekali. Saya datang hendak merobohkan Ka'bah, dan Anda datang kepadaku dengan urusan yang remeh? Dimanakah nyali dan harga diri Anda? Pantaskah Ka'bah yang Anda dan bangsa Arab yang dimuliakan itu sedang dalam keadaan bahaya, justru Anda hanya menuntut onta Anda dikembalikan??"

"Tentu saja", sanggah Mutthalib. "Unta-unta itu kepunyaanku dan penduduk Mekkah. Maka aku wajib memeliharanya. Sedangkan Ka'bah bukan kepunyaanku. Ka'bah adalah kepunyaan Allah, maka Dia-lah yang akan melindungi dan memeliharanya".

Kembali Abrahah tertawa terbahak-bahak seolah melecehkan perkataan Abdul Muthallib, "Apakah Allah yang konon pemilik Ka'bah itu akan mampu merintangiku menghancurkannya?"

"Aku tidak tahu, itu urusan Allah. Tapi aku yakin, Allah tidak akan membiarkan milik-Nya dinodai oleh siapa pun."

"Jadi Anda tidak ingin memintaku untuk menghentikan niatku menghancurkan Ka'bah?"
Abdul Muthallib menggelengkan kepala, "Tidak!."

Jawaban yang tenang dan meyakinkan dari Abdul Muthallib membuat Abrahah tidak tenang. Namun dia tidak peduli dengan kerisauannya. Meski hatinya di dera rasa was-was dan risau, namun Abrahah tetap melanjutkan niatnya dan segera memerintahkan anak buahnya untuk mengembalikan unta-unta bangsa Arab, kemudian menyelesaikan misinya yaitu menghancurkan Ka'bah.

Detik-detik penghancuran pun tiba, Abrahah dan pasukan bergajah nya mulai mendekati Ka'bah. Abrahah merasa yakin bahwa dia akan dapat menghancurkan Ka'bah dengan sangat mudah. Namun apa yang terjadi selanjutnya?? Kekuasaan dan pertolongan Allah pun tiba. Di awali dengan enggan nya gajah-gajah tersebut menyentuh Ka'bah, seolah-olah gajah-gajah itu tahu bahwa sebentar lagi mereka akan mengalami nasib tragis dan mengerikan.

Benar saja, gerombolan burung-burung Ababil yang berjumlah, ratusan, ribuan, bahkan mungkin jutaan telah melayang-layang tepat di atas mereka. Jumlah burung sebanyak itu bagaikan kumpulan awan hitam pekat yang mengandung petir dahsyat yang siap menyambar musuh-musuh Allah.

Di antara paruh-paruh dan kaki-kaki Ababil itu terdapat bara api yang sangat panas yang berasal dari kerikil-kerikil neraka. Apa yang dilakukan Ababil? Ternyata bara api itu mereka jatuhkan tepat di objek sasarannya,yaitu musuh Allah, Abrahah dan pasukannya. Satu per satu mereka dihujani bara api. Satu bara api yang sebesar kerikil itupun mampu melelehkan kulit-kulit tentara Abrahah dan menghanguskan tubuh-tubuh mereka dan hancurlah mereka sebelum mereka berhasil menghancurkan Ka'bah.

Demikianlah kisah Ababil dalam sejarah. Dan kisah tersebut benar-benar nyata. Tidak ada sesuatu yang terjadi tanpa hikmah yang terkandung di dalamnya. Kisah tersebut mengajarkan kita untuk meyakini bahwa kekuasaan Allah dan kekuatan-Nya sangat besar dan tak terkalahkan. Yakinlah bahwa pertolongan Allah itu sangat dekat terhadap hamba-hamba-Nya yang ikhlas dan sabar dalam menghadapi berbagai cobaan hidup. Renungkan lah.. Wallahu'alam..

12 Keajaiban Solat Tahajjud


“Jika matahari sudah terbenam, aku gembira dengan datangnya malam dan manusia tidur karena inilah saat hanya ada Allah dan aku.”

Sejarah telah mencatat bahwa Rasulullah Saw dan para sahabat selalu melaksanakan shalat tahajud. shalat tahajud adalah shalat yang sangat mulia. Keajaiban melaksanakan shalat tahajud telah tercatat dalam alquran. Ada beberapa keajaiban shalat tahajud berikut ini.

1. Shalat Tahajud sebagai tiket masuk surga …

Abdullah Ibn Muslin berkata “kalimat yang pertama kali ku dengar dari Rasulullah Saw saat itu adalah, “Hai sekalian manusia! Sebarkanlah salam, bagikanlah makanan, sambunglah silaturahmi, tegakkan lah shalat malam saat manusia lainnya sedang tidur, niscaya kalian masuk surga dengan selamat.” (HR. Ibnu Majah).

2. Amal yang menolong di akhirat …

Allah SWT berfirman, “Sesungguhnya orang-orang yang bertaqwa berada di dalam taman-taman surga dan di mata air-mata air, seraya mengambil apa yang Allah berikan kepada mereka. Sebelumnya mereka adalah telah berbuat baik sebelumnya (di dunia), mereka adalah orang-orang yang sedikit tidurnya di waktu malam dan di akhir malam mereka memohon ampun kepada Allah).” (QS. Az Zariyat: 15-18)

Ayat di atas menunjukkan bahwa orang yang senantiasa bertahajud Insya Allah akan mendapatkan balasan yang sangat nikmat di akhirat kelak.

3. Pembersih penyakit hati dan jasmani …

Salman Al Farisi berkata, Rasulullah Saw bersabda,“Dirikanlah shalat malam, karena sesungguhnya shalat malam itu adalah kebiasaan orang-orang shaleh sebelum kamu, (shalat malam dapat) mendekatkan kamu kepada tuhanmu, (shalat malam adalah) sebagai penebus perbuatan buruk, mencegah berbuat dosa, dan menghindarkan diri dari penyakit yang menyerang tubuh.” (HR. Ahmad)

4. Sarana meraih kemuliaan …

Rasulullah Saw bersabda, “Jibril mendatangiku dan berkata, “Wahai Muhammad, hiduplah sesukamu, karena engkau akan mati, cintailah orang yang engkau suka, karena engkau akan berpisah dengannya, lakukanlah apa keinginanmu, engkau akan mendapatkan balasannya, ketahuilah bahwa sesungguhnya kemuliaan seorang muslim adalah shalat waktu malam dan ketidakbutuhannya di muliakan orang lain.” (HR. Al Baihaqi)

5. Jalan mendapatkan rahmat Allah …
Abu Hurairah berkata bahwa Rasulullah Saw bersabda,

“Semoga Allah merahmati laki-laki yang bangun malam, lalu melaksanakan shalat dan membangunkan istrinya. Jika sang istri menolak, ia memercikkan air di wajahnya. Juga, merahmati perempuan yang bangun malam, lalu shalat dan membangunkan suaminya. Jika sang suami menolak, ia memercikkan air di wajahnya.” (HR. Abu Daud)

6. Sarana Pengabulan permohonan …

Allah SWT berjanji akan mengabulkan doa orang-orang yang menunaikan shalat tahajud dengan ikhlas. Rasulullah Saw Bersabda,

“Dari Jabir berkata, bahwa nabi Saw bersabda, “Sesungguhnya di malam hari , ada satu saat yang ketika seorang muslim meminta kebaikan dunia dan akhirat, pasti Allah memberinya, Itu berlangsung setiap malam.” (HR. Muslim)

7. Penghapus dosa dan kesalahan …

Dari Abu Umamah al-Bahili berkata bahwa Rasulullah Saw bersabda, “Lakukanlah Qiyamul Lail, karena itu kebiasaan orang saleh sebelum kalian, bentuk taqarub, penghapus dosa, dan penghalang berbuat salah.” (HR. At-Tirmidzi)

8. Jalan mendapat tempat yang terpuji …

Allah SWT berfirman, “Dan pada sebagian malam bertahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu, mudah-mudahan Tuhanmu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji.” (QS. Al-Isra’:79) 

9. Pelepas ikatan setan …

Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra bahwa Rasulullah Saw bersabda, “Setan akan mengikat kepala seseorang yang sedang tidur dengan ikatan, menyebabkan kamu tidur dengan cukup lama. Apabila seseorang itu bangkit seraya menyebut nama Allah, maka terlepaslah ikatan pertama, apabila ia berwudhu maka akan terbukalah ikatan kedua, apabila di shalat akan terbukalah ikatan semuanya. Dia juga akan merasa bersemangat dan ketenangan jiwa, jika tidak maka dia akan malas dan kekusutan jiwa.”

10. Waktu utama untuk berdoa …

Amru Ibn ‘Abasah berkata, “Aku bertanya kepada Rasulullah Saw, “Ya Rasulullah! Malam apakah yang paling di dengar?”, Rasulullah Saw menjawab, “Tengah malam terakhir, maka shalat lah sebanyak yang engkau inginkan, sesungguhnya shalatwaktu tersebut adalah maktubah masyudah (waktu yang apabila bermunajat maka Allah menyaksikannya dan apabila berdoa maka didengar doanya)” (HR. Abu Daud)

11. Meraih kesehatan jasmani …

“Hendaklah kalian bangun malam. Sebab hal itu merupakan kebiasaan orang-orang saleh sbelum kalian. Wahana pendekatan diri pada Allah Swt, penghapus dosa, dan pengusir penyakit dari dalam tubuh.” (HR. At-Tarmidzi)

12. Penjaga kesehatan rohani …

Allah SWT menegaskan bahwa orang yang shalat tahajud akan selalu mempunyai sifat rendah hati dan ramah. Ketenangan yang merupakan refleksi ketenangan jiwa dalam menjalani kehidupan sehari-hari di masyarakat.

Allah SWT Berfirman, “Dan hamba-hamba Tuhan Yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata yang baik. Dan orang yang melewati malam hari dengan bersujud dan berdiri untuk Tuhan mereka.” (QS. Al-Furqan: 63-64)

Keajaiban shalat tahajud sudah terbukti, maka bertahajudlah!
Mungkin masih banyak lagi keajaiban shalat tahajud yang mungkin terlewat dari tulisan ini. Yang pasti shalat tahajud merupakan shalat yang bagus sebagai ibadah tambahan bagi kita. Semoga kita diberikan Allah Hidayah dan Taufiq-Nya untuk melaksanakan solat tahajjud. amin.

Perbedaan Gaya Hidup Pemimpin di Zaman Rasulullah SAW dan Pemimpin di Zaman Sekarang

Pakaian Rasulullah SAW yang sangat sederhana, beginilah pakaian seseorang makhluk yang paling mulia

Gaya hidup sederhana adalah ciri penampilan Rasulullah SAW, seorang yang bukan hanya nabi, tetapi beliau juga seorang pemimpin tertinggi dalam negara Madinah.

Kalau mau diukur-ukur, sebenanya Rasulullah SAW bukan termasuk orang miskin dan tidak punya, sebaliknya beliau seharusnya termasuk jajaran orang paling kaya di Madinah. Sebab menurut sebuah analisa, beliau punya hak 20% dari setiap harta rampasan perang yang didapat. Sebagaimana ayat tentang khumus berikut ini:

Ketahuilah, sesungguhnya apa saja yang dapat kamu peroleh sebagai rampasan perang, maka sesungguhnya seperlima untuk Allah, Rasul, kerabat Rasul, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan ibnussabil, jika kamu beriman kepada Allah dan kepada apa yang kami turunkan kepada hamba Kami di hari Furqaan, yaitu di hari bertemunya dua pasukan. Dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. (QS. Al-Anfal: 41)

Seperlima atau 20% itu sangat banyak, apalagi diambil dari harta rampasan perang atas penaklukan. Tentunya nilainya sangat besar dan halal, karena memang telah ditetapkan langsung oleh Allah SWT.

Logikanya, kalau seandainya Rasulullah SAW mau tampil keren, baju mahal, rumah mentereng, isterinya yang banyak itu semua dipakaikan gelang emas sebesar pelek becak, bisa-bisa saja dan sah-sah saja. Wong duitnya duit dia sendiri, halal pula. Urusan orang lain pada hidup miskin, kan perlu proses.

Tapi tidak…

Beliau tidak pernah tampil keren dengan baju yang mahal. Beliau justru merasa lebih nyaman untuk tampil seadanya. Toh, tampil sederhana dan seadanya, tidak akan membuat orang menghina dan atau merendahkannya. Dan musuh-musuh beliau tidak pernah menyerang beliau dari sisi kemiskinan dan kesederhanaan. Pembangkangan kaumnya bukan karena beliau miskin dan tampil sederhana.

Sudah bukan hal yang aneh kalau beliau pernah kelaparan berbulan-bulan, sampai harus mengganjal perutnya dengan batu. Coba pikirkan, seumur-umur kita jadi rakyat miskin di Indonesia, rasanya kalau sampai harus mengganjal perut dengan batu karena lapar, rasanya kok belum pernah kan ya?

Tapi itulah Muhammad SAW, seorang kepala negara yang di tangannya ada kekuasaan tertinggi di seluruh jazirah Arabia. Tapi dapurnya pernah tidak mengepulkan asap selama tiga bulan.

Lalu ke mana hartanya yang seabrek-abrek itu, kenapa tidak dibuat untuk mensejahterakan dapurnya? Jawabnya bahwa harta itu meski menjadi haknya, tapi tidak pernah sampai ke rumahnya. Semua kembali diserahkan kepada fakir miskin. Dan isteri-isteri beliau ridha akan hal itu.

Jadi cerita nabi kelaparan cari makan ke sana kemari, sudah menjadi pemandangan sehari-hari semasa hidupnya. Bayangkan, pernah beliau pagi-pagi ke rumah Aisyah kelaparan minta makan. Namun sama dengan suaminya, Aisyah pun tidak punya makanan.

Aneh juga ya, masak seorang kepala negara dengan wilayah yang membentang begitu luas dan kekayaan yang tak terhingga, sampai bisa kelaparan di pagi hari. Minta makan kepada isterinya, ternyata juga tidak punya makanan. Akhirnya beliau SAW pun berpuasa. Subhanallah.

Gaya hidup sederhana ini, karena dilakukan langsung oleh seorang kepala negara, pastinya akan menurun kepada para pejabat di bawahnya.

Sebut saja khalifah Umar bin Al-Khattab radhiyallahu ‘anhu. Beliau adalah penakluk tiga imperium besar dunia: Romawi, Persia dan Mesir. Logika sederhana, wajar dong sebagai kepala negara yang menguasai wilayah yang sedemikian luas, setidaknya punya baju lebih dari satu.

Tapi hampir tidak masuk di logika kita hari ini. Seorang Umar bisa-bisanya punya pakaian hanya satu potong saja, itu pun lengkap dengan asesoris 40 tambalannya.

Lengkap sudah keagungan agama Islam, bukan hanya teori saja, tetapi memang langsung dipraktekkan oleh para pemimpinnya. Meski kemegahan dunia dan kekayaan ada di tangan, tapi sama sekali tidak dicintainya. Mereka lebih suka tampil sederhana, bahkan terlalu sederhana.

Seorang utusan dari negeri Romawi ketika menemukan sang Khalifah tertidur di bawah pohon tanpa pengawal, sontak menyebutkan ungkapan jujur dan tercatat dengan tinta emas sejarah, “Anda telah berbuat adil, maka anda hidup dengan aman, dan anda bisa tidur nyenyak.”

Kalau yang hidup sederhana itu Abu Hurairah yang memang ahli suffah, mungkin kita masih bisa berpikir wajar. Tapi kalau seorang pemimpin level tertinggi, bisa sampai hidup sesederhana ini, maka kita pun harus berpikir ulang, kenapa mereka melakukan itu? Apakah Islam mengharamkan pejabat hidup dengan hasil keringat mereka? Apakah Islam mengharamkan kita menikmati kekayaan yang halal?

Jawabnya sederhana. Menikmati kekayaan hasil keringat sendiri memang halal dan sah. Namun ketika seorang diberi amanah untuk mengurus umat, meski memang ada jatah gaji baginya, namun nampaknya para pendahulu kita sejak awal sudah menjauhi fitnah bagi dirinya.

Ternyata hidup enak dengan berbagai fasilitas yang sah dari negara itu tidak banyak bermanfaat, bahkan fitnah dengan mudah masuk. Bukankah Utsman bin Al-Affan itu sudah kaya jauh sebelum beliau menjadi khalifah? Bukankah beliau menikmati kekayaan miliknya yang sudah dimilikinya jauh sebelum beliau mendapatkan jabatan? Bukankah memang beliau sudah kaya jauh sebelum dilahirkan orangtuanya?

Tetapi kita tahu dalam sejarah, ada begitu banyak tuduhan dan fitnah keji yang dilontarkan kepada sosok beliau, dan salah satunya adalah hidup bermewah-mewah. Kita tahu bahwa hal itu tidak betul, karena itu hanya kerjaan orang-orang yang memusuhi.

Tapi munculnya fitnah harta bagi khalifah Ustman memang ada dan tidak bisa dipungkiri. Dan cukup menjadi masalah juga bagi beliau. Walau pun kita sepakat bahwa khalifah Ustman tidak bersalah dalam hal ini. Namun tetap saja gaya hidup seorang yang kaya dengan fasilitas dan harta, cukup merepotkan.

Pejabat di Zaman Kita


Lalu bagaimana dengan pejabat kita? Bukankah mereka kebanyakan masih miskin sebelum menerima suatu jabatan?

Dan bagaimana bila sekarang ini mereka punya rumah mewah, tanah, kapling, apartemen, mobil bermilyar, satpam bejibun, pembantu dan deposito?

Padahal awalnya mereka hidup kere, hidup ngontrak di rumah petak sempit, tiap bulan dikejar-kejar pemilik rumah untuk bayar kontrakan. Bahkan tidak sedikit yang hidupnya masih numpang di rumah mertua.

Tapi kini dengan jabatan itu, mereka bisa hidup layak berkecukupan. Punya mobil mewah yang berjejer di garasi, yang bukan ukuran rakyat biasa. Rumah sudah di real estate, isterinya bolak balik shopping ke luar negeri. Umrah dan jalan-jalan ke mancanegara pakai uang rakyat. Dan semua itu didapat justru ketika dirinya diberi amanat untuk menjadi pejabat atau wakil rakyat.

Bagaimana Rasulullah SAW Tidur?


Tidur Rasulullah saw merupakan cara tidur yang sangat baik bagi kesehatan. Setiap posisi dan waktu yang beliau pilih untuk tidur sangat bermakna bagi kesehatan bahkan jauh sebelum ilmu kedokteran berkembang seperti sekarang. Ibnu Qayyim berkata, “Barangsiapa yang memperhatikan pola tidur dan bangun beliau, niscaya mengetahui bahwa tidur beliau tersebut paling proporsional dan paling bermanfaat untuk badan, organ, dan kekuatan.”

Mau tahu banyak bagaimana cara-cara Rasulullah saw tidur? Kalau begitu ayo kita intip. Ada beberapa kebiasaan yang dilakukan Rasulullah saw berkenaan dengan tidur yang mungkin kita tidak tahu selama ini namun perlu kita ketahui sekarang agar kita bisa lebih mengenal orang yang paling kita sayangi didunia ini setelah Allah swt ini, yaitu:
  • Rasulullah saw mempunyai kebiasaan tidur pada awal malam kemudian bangun pada permulaan paruh kedua malam. Pada saat itu beliau bangun lalu bersiwak, berwudhu dan melaksanakan sholat tahajjjud
  • Rasulullah saw selalu tidur dalam keadaan miring, terutama dalam posisi miring ke kanan
  • Terus berdzikir sampai jatuh tertidur
  • Rasulullah saw tidak pernah tidur dalam kondisi perut penuh makanan dan minuman
  • Rasulullah saw tidak pernah tidur di atas tanah tanpa alas dan tidak pernah tidur di atas kasur yang terlalu tinggi pula. Minimal beliau memakai kasur yang berisi sabut, menngunakan bantal dan kadang-kadang meletakkan tangannya di bawah pipi.
Setelah tahu kebiasaan-kebiasaan Rasulullah SAW dalam hal tidur mungkin kita juga perlu tahu bagaimana aturan-aturan tentang tidur yang telah diajarkan oleh Rasulullah saw:

1.Tidur Terbaik
Tidur terbaik adalah tidur yang dimulai dengan posisi miring ke kanan. Tujuannya adalah agar makanan dapat masuk ke dalam lambung dengan sempurna. Hal ini dikarenakan posisi lambung yang berada agak ke samping kiri. Kemudian padanya dianjurkan untuk mengubah posisi ke kiri untuk mempercepat proses pencernaan. Baru kemudian tidur dilanjutkan dengan posisi miring ke kanan kembali. Sebagai peringatan, jangan terlalu sering tidur dalam posisi miring ke kiri karena hal itu dapat membahayakan organ hati yang berada di sisi kiri dekat dengan lambung. Pada saat itu organ-organ tubuh akan mengarah pada hati dan beresiko mengalirkan bahan berbahaya ke dalamnya.
Ada yang menyatakan bahwa hikmah tidur dengan posisi miring ke kanan adalah agar orang yang melakukannya tidak terlalu lelap dalam tidurnya, karena posisi hati/jantung di dalam tubuhnya agak miring ke kiri. Jadi jika seseorang tidur dengan posisi miring ke kanan, maka jantungnya akan terdorong dari tempatnya di sebelah kiri. Hal itu akan mencegah orang yang bersangkutan tidur terlalu lama dan terlalu lelap.
Posisi tidur Nabi saw setelah miring kesebelah kanan Kemudian, beliau berbalik bertumpu sedikit pada sisi kiri, supaya dengan begitu proses pencernaan lebih cepat karena condongnya lambung di atas hati. Kemudian beliau kembali tidur bertumpu pada sisi kanan lagi, agar makanan segera larut dari lambung; jadi posisi permulaan dan posisi terakhir tidur bertumpu pada sisi kanan.
  • Untuk jalan nafas, tidur miring mencegah jatuhnya lidah kebelakang yang dapat menyumbat jalan nafas. Lain halnya jika tidur pada posisi terlentang maka relaksasi lidah pada saat tidur dapat mengakibatkan penghalangan jalan nafas, penampakan dari luar berupa mendengkur. Jika suami Anda suka mendengkur atau mengorok, coba cara ini. Orang yang mendengkur mengakibatkan tubuh kekurangan oksigen malah kadang-kadang dapat terjadi henti nafas untuk beberapa detik yang akan membangunkan orang yang tidur dengan posisi demikian. Orang tersebut biasanya akan bagun dengan keadaan pusing karena kurangnya pasokan oksigen ke otak. Tentunya ini sangat mengganggu tidur kita.
  • Untuk jantung, tidur miring kesebelah kanan membuat jantung tidak tertimpa organ lainnya ini karena posisi jantung yang memang berada lebih disebelah kiri. Tidur bertumpu pada sisi kiri menyebabkan curah jantung yang berlebihan karena darah yang masuk ke atrium juga banyak, sebab paru-paru kanan berada diatas sedangkan paru-paru kanan mendapatkan pasokan darah yang lebih banyak dari paru-paru kiri.
  • Bagi kesehatan paru-paru: paru-paru kiri lebih kecil dibandingkan dengan paru-paru kanan. Jika tidur miring kesebelah kanan, jantung akan jatuh kesebelah kanan, itu tidak menjadi masalah karena paru-paru kanan besar, lain halnya kalau bertumpu pada sebelah kiri, jantung akan menekan paru kiri yang berukuran kecil, tentu ini sangat tidak baik.
2. Selain posisi tidur yang miring ke kanan Nabi saw juga meluruskan punggungnya pada saat tidur, manfaatnya adalah supaya organ-organ dalam tidak tertekan, posisi tersebut juga melancarkan peredaran darah.

3.Sedikit menekuk kaki
Di dunia kedokteran seorang dokter akan meminta pasien menekuk kakinya jika dokter tersebut akan memeriksa perut pasien. Fungsi dari sedikit menekuk kaki adalah untuk mengendurkan otot-otot perut sehingga lebih mudah untuk diperiksa. Menekuk kaki sedikit pada saat tidur menolong organ-organ dan otot otot perut itu sendiri untuk relaksasi lebih sempurna. Sehingga tidur kita lebih nyaman.

4. Menggunakan telapak tangan sebagai bantal.
Kita tentu sering dengar bahwa posisi leher sangat mempengaruhi kualitas tidur. Leher yang tidak lurus pada saat tidur menyebabkan sakit leher pada saat bangun dan biasanya ini menetap beberapa lama sehingga mengganggu aktifitas. Maha suci Allah yang menciptakan tangan sedemikian rupa sehingga apabila kita melihat orang yang tidur dengan telapak tangan maka antara kepala, leher dan punggung tercipta garis lurus.

5. Tidur Terburuk
Tidur terburuk adalah tidur dalam posisi telentang. Posisi ini hanya diperkenankan untuk beristirahat dan bukan untuk tidur. Namun demikian dibandingkan dengan posisi tidur telentang tidur dengan posisi tengkurap adalah posisi tidur yang paling buruk. Selain itu, selain bagi orang sakit, tidur di pagi dan sore hari adalah hal terburuk. Tidur di pagi hari dapat membahayakan tubuh karena kebiasaan ini dapat membuat tubuh lemah dan merusak organ-organ tubuh. Bahkan jika tidur di pagi hari dilakukan sebelum buang air besar, gerak badan/olah raga dan mengaktifkan lambung dengan makanan, maka kebiasaan tersebut dapat memunculkan berbagai macam penyakit. Sedangkan tidur di sore hari sesudah sholat Ashar dapat membuat orang kehilangan akal. (islampos)

Penghalang Seseorang untuk Melaksanakan Solat Tahajjud Menurut Ulama Salaf


Fudhail bin ‘Iyâdh berkata, “Bila engkau tidak sanggup melaksanakan shalat (tahajjud) di malam hari dan puasa di siang hari, maka ketahuilah bahwa engkau orang yang terhalang (dari kebaikan) lagi banyak dosa.”

Seorang lelaki berkata kepada Hasan al-Bashri , “Sesungguhnya aku tidur dalam keadaan sehat, aku sangat ingin bangun mela…ksanakan shalat malam dan telah ku persiapkan air untuk bersuci, namun mengapa aku tetap tidak bisa bangun (disepertiga malam terakhir) ? ” Beliau menjawab, “Engkau telah dibelenggu oleh dosa-dosamu.”

Bila seseorang tidak bisa mengerjakan shalat malam, maka hendaklah dia merenungi pernyataan seorang dari generasi Salaf, “Bila engkau belum bisa mengambil bagian di waktu malam, maka janganlah engkau bermaksiat kepada Rabbmu di waktu siang.”

Sahl bin Sa’ad menuturkan,
“Jibril pernah datang menemui Nabi seraya berkata, “Hai Muhammad! Hiduplah sesukamu, sesungguhnya kematian pasti akan menjemputmu. Cintailah siapa saja yang engkau senangi, sesungguhnya engkau pasti akan berpisah dengannya. Dan beramallah semaumu, sesungguhnya engkau akan menuai balasannya”.
Kemudian Jibril berpesan,

“Hai Muhammad, kemuliaan seorang Mukmin terletak pada shalat malam dan kehormatannya adalah pada saat ia tak lagi bergantung pada manusia.” (HR. Thabrani dan dinilai hasan oleh Syaikh al-Albâni dalam silsilah ahâdîtsis shahîhah, no. 831).

Kuserahkan putriku padamu (Renungan Untuk Para Suami)



Saat pertama kali putri kecil kami terlahir di dunia, dia menjadi simbol kebahagiaan bagi kami, orang tuanya. Bahagia yang tiada tara kami rasakan karenanya. Kami menjaganya siang dan malam, sampai kami melupakan keadaan diri sendiri. Kami sadar, memang seharusnyalah seperti itu kewajiban orang tua.

Kami besarkan dia dengan segenap jiwa dan raga. Kami didik dengan semaksimal ilmu yang kami punya. Dan kami jaga dia dengan penuh kehati-hatian.

Dan waktupun berlalu...

Dia kini telah menjadi sesosok gadis yang cantik. Betapa bangga kami memilikinya. Kami berpikir, betapa cepat waktu berlalu, dan terbersit dalam hati kami untuk tetap menahannnya disini. Bukan bermaksud meletakkan ego kami atas hidupnya, Namun sebagai orang tua, siapa yang dapat berpisah dari anaknya. Putri kesayangannnya.

Tapi,...

Hari ini, akhirnya datang juga. Saat dimana kami harus melihatnya terbalut dalam pakaian cantik, yaitu gaun pengantinnya. Gadis kecil kami telah tumbuh dewasa. Dan sesudah ijab kabul ini, kau lah kini yang menjadi penjaganya. Menggantikan kami. Mari ikatkan tanganmu kepadanya.

Waktu akhirnya memaksa kami berpisah dengannya. Walaupun kau adalah orang yang asing dan baru sebentar dikenalnya, sedangkan kami adalah orang tuanya yang telah mengorbankan semua yang kami punya untuknya. Namun, tak ada sama sekali kemarahan kami atas dirimu, menantuku. Namun ijinkan kami sedikit meluapkan kesedihan atas seorang putri kami yang harus jauh meninggalkan kami, karena harus mengikutimu. Kamipun tak akan protes kepadamu, karena mulai hari ini, dia harus mengutamakan kau diatas kami.

Tolong, jangan beratkan hatinya, karena sebenarnya pun hatinya telah berat untuk meninggalkan kami dan hanya mengabdi kepadamu. Seperti hal nya anak yang ingin berbakti kepada orang tua, pun demikian dengannya. Kami tidak keberatan apabila harus sendiri, tanpa ada gadis kecil kami dulu yang selalu menemani dan menolong kami dimasa tua.

Kami menikahkanmu dengan anak gadis kami dan memberikan kepadamu dengan cuma- cuma, kami hanya memohon untuk dia selalu kau jaga dan kau bahagiakan.

Jangan sakiti hatinya, karena hal itu berarti pula akan menyakiti kami. Dia kami besarkan dengan segenap jiwa raga, untuk menjadi penopang harapan kami dimasa depan, untuk mengangkat kehormatan dan derajat kami. Namun kini kami harus menitipkannya kepadamu. Kami tidaklah keberatan, karena berarti terjagalah kehormatan putri kami.

Jika kau tak berkenan atas kekurangannya, ingatkanlah dia dengan cara yang baik, mohon jangan sakiti dia, sekali lagi, jangan sakiti dia.

Suatu saat dia menangis karena merasa kasihan dengan kami yang mulai menua, namun harus sendiri berdua disini, tanpa ada kehadirannya lagi. Tahukah engkau wahai menantuku, bahwa kau pun memiliki orang tua, pun dengan istrimu ini. Disaat kau perintahkan dia untuk menemani orang tuamu disana, pernahkah kau berpikir betapa luasnya hati istrimu? Dia mengorbankan egonya sendiri untuk tetap berada disamping orang tuamu, menjaga dan merawat mereka, sedang kami tahu betapa sedih dia karena dengan itu berarti orang tuanya sendiri, harus sendiri. Sama sekali tiada keluh kesah darinya tentang semua itu, karena semua adalah untuk menepati kewajibannya kepada Allah.

Dia mementingkan dirimu dan hanya bisa mengirim doa kepada kami dari jauh. Jujur, sedih hati kami saat jauh darinya. Namun apalah daya kami, memang sudah masa seharusnya seperti itu, kau lebih berhak atasnya dari pada kami, orang tuanya sendiri.

Maka hargailah dia yang telah dengan rela mengabdi kepadamu. Maka hiburlah dia yang telah membuat keputusan yang sedemikian sulit. Maka sayangilah dia atas semua pengorbanannya yang hanya demi dirimu. Begitulah cantiknya putri kami, Semoga kau mengetahui betapa berharganya istrimu itu, jika kau menyadari.

Renovasi Masjidil Haram Pengaruhi Kuota Haji Indonesia 2013

Kabah Mekah
Suasana Renovasi Masjidil Haram
Saat ini sedang dilakukan renovasi Masjidil Haram, renovasi ini merombak 1/5 bagian dari masjidil haram. dan karena adanya renovasi ini, maka kuota jama'ah haji untuk tahun 2013 pada tiap-tiap negara dipotong menjadi 20%, termasuk Indonesia yang memiliki jama'ah haji terbanyak. Pemotongan kuota haji ini tentu saja demi kenyamanan dan keselamatan jama'ah haji sendiri, bayangkan saja karena kondisi Masjidil Haram yang sedang direnovasi ini, maka jama'ah haji tidak bisa tawaf dari atas masjidil haram terutama bagi jama'ah yang menggunakan kursi roda karena jalur tawaf di atas masjid terputus. Hal ini membuat para jama'ah yang ingin tawaf terkumpul dekat Ka'bah dan berdesak-desakan, guna menghindari hal tersebut pemerintah Saudi Arabia melakukan pemotongan kuota haji tersebut.

Pemerintah Republik Indonesia tetap molobi pemerintah Saudi Arabia agar jumlah kuota haji jama'ah yang berasal dari Indonesia tidak dipotong mengingat banyaknya antusias warga negara Indonesia yang ingin menunaikan rukun islam yang kelima ini. bahkan antrian keberangkatan di indonesia sudah penuh untuk lima tahun kedepan yang artinya bila ingin mendaftar haji sekarang, maka harus menunggu lima tahun lagi untuk keberangkatannya. Terkait renovasi Masjidil Haram pemerintah Republik Indonesia menunda keberangkatan jama'ah haji yang menggunakan kursi roda, maupun yang sudah tua untuk kemaslahatan bersama, dan waktu tawaf dijadwalkan secara bergantian untuk menghindari penumpukan jama'ah pada saat tawaf.

Kabah, Masjidil Haram
Suasana Pekerjaan Renovasi di Tengah Jama'ah Umroh
Kabah, Masjidil Haram
Proyek Pekerjaan Di Sekitar Masjidil Haram Dilihat Dari Lantai Tiga
Kabah, Masjidil Haram
Alat-Alat Berat di Sekitar Masjidil Haram


Kabah, Masjidil Haram

Kabah, Masjidil Haram

Kabah, Masjidil Haram
Suasana Masjidil Haram Saat Petang

Kabah, Masjidil Haram
Pemandangan Dari Lantai 2 Masjidil Haram

Kabah, Masjidil Haram
Suasana dari Pinggir Balkon di Lantai Dua

Berikut Adalah Maket Rencana Perluasan Masjidil Haram



MAKKAH (Arrahmah.com) – Atap Masjidil Haram yang diperluas akan memiliki landasan helikopter yang akan digunakan untuk transportasi para pasien ke rumah sakit demi menghindari kemacetan, terutama saat Ramadhan dan musim Hajji, demikian Saudi Gazette melaporkan pada Rabu (6/3/2013).
Landasan helikopter di Masjidil Haram ini adalah bagian dari proyek perluasan dua Masjid Suci oleh Raja Abdullah.
Proyek perluasan ini mencakup toilet-toilet baru dan jalur jalan untuk troli yang benar-benar terpisah dari jalur para pejalan kaki. Juga termasuk terowongan pejalan kaki yang dilengkapi dengan eskalator dan semua fasilitas yang dibutuhkan untuk keamanan dan kenyamanan jamaah. Terowongan tersebut akan memfasilitasi gerak jamaah ke dan dari arah halaman utara dan selatan.
Proyek perluasan ini juga meliputi pendingin air minum dan sistem pembuangan limbah yang canggih, di samping sistem pemantauan keamanan, serta fasilitas yang memberikan keteduhan untuk halaman bagian utara.
Sementara itu perluasan besar-besaran Masjid Nabawi diperkirakan akan selesai maksimum dalam jangka waktu dua tahun, hal ini telah ditandatangani oleh Raja Abdullah pada Rabu (6/3) selaku penganggung jawab dua Masjid Suci tersebut. (siraaj/arrahmah.com)
- See more at: http://www.arrahmah.com/news/2013/03/07/masjidil-haram-akan-memiliki-landasan-helikopter.html#sthash.BMM2HRj6.dpu
Atap Masjidil Haram yang diperluas akan memiliki landasan helikopter yang akan digunakan untuk transportasi para pasien ke rumah sakit demi menghindari kemacetan, terutama saat Ramadhan dan musim Hajji. Landasan helikopter di Masjidil Haram ini adalah bagian dari proyek perluasan dua Masjid Suci oleh Raja Abdullah.
 
Proyek perluasan ini mencakup toilet-toilet baru dan jalur jalan untuk troli yang benar-benar terpisah dari jalur para pejalan kaki. Juga termasuk terowongan pejalan kaki yang dilengkapi dengan eskalator dan semua fasilitas yang dibutuhkan untuk keamanan dan kenyamanan jamaah. Terowongan tersebut akan memfasilitasi gerak jamaah ke dan dari arah halaman utara dan selatan.

Proyek perluasan ini juga meliputi pendingin air minum dan sistem pembuangan limbah yang canggih, di samping sistem pemantauan keamanan, serta fasilitas yang memberikan keteduhan untuk halaman bagian utara.

Sementara itu perluasan besar-besaran Masjid Nabawi diperkirakan akan selesai maksimum dalam jangka waktu dua tahun, hal ini telah ditandatangani oleh Raja Abdullah selaku penganggung jawab dua Masjid Suci tersebut. 

MAKKAH (Arrahmah.com) – Atap Masjidil Haram yang diperluas akan memiliki landasan helikopter yang akan digunakan untuk transportasi para pasien ke rumah sakit demi menghindari kemacetan, terutama saat Ramadhan dan musim Hajji, demikian Saudi Gazette melaporkan pada Rabu (6/3/2013).
Landasan helikopter di Masjidil Haram ini adalah bagian dari proyek perluasan dua Masjid Suci oleh Raja Abdullah.
Proyek perluasan ini mencakup toilet-toilet baru dan jalur jalan untuk troli yang benar-benar terpisah dari jalur para pejalan kaki. Juga termasuk terowongan pejalan kaki yang dilengkapi dengan eskalator dan semua fasilitas yang dibutuhkan untuk keamanan dan kenyamanan jamaah. Terowongan tersebut akan memfasilitasi gerak jamaah ke dan dari arah halaman utara dan selatan.
Proyek perluasan ini juga meliputi pendingin air minum dan sistem pembuangan limbah yang canggih, di samping sistem pemantauan keamanan, serta fasilitas yang memberikan keteduhan untuk halaman bagian utara.
Sementara itu perluasan besar-besaran Masjid Nabawi diperkirakan akan selesai maksimum dalam jangka waktu dua tahun, hal ini telah ditandatangani oleh Raja Abdullah pada Rabu (6/3) selaku penganggung jawab dua Masjid Suci tersebut. (siraaj/arrahmah.com)
- See more at: http://www.arrahmah.com/news/2013/03/07/masjidil-haram-akan-memiliki-landasan-helikopter.html#sthash.BMM2HRj6.dpuf
 
Support : Copyright © 2015. Putra Martapura Blog - All Rights Reserved
Proudly powered by M. Firdaus Habibi
.comment-content a {display: none;} -->