Artikel TerbaruSelamat Datang di Putra Martapura

Berpisah Ruh dan Jasad


Dalam sebuah hadits daripada Aisyah r.a katanya, "Aku sedang duduk bersila di dalam rumah. Tiba-tiba Rasulullah S.A.W datang dan masuk sambil memberi salam kepadaku. Aku segera bangun kerana menghormati dan memuliakannya sebagaimana kebiasaanku di waktu baginda masuk ke dalam rumah. Nabi S.A.W bersabda, "Duduklah di tempat duduk, tidak usah berdiri, wahai Ummul Mukminin." Maka Rasulullah S.A.W duduk sambil meletakkan kepalanya di pangkuanku, lalu Rasulullah berbaring dan tertidur.

Maka aku hilangkan uban pada janggutnya, dan aku dapat 19 rambut yang sudah putih. Maka terfikirlah dalam hatiku dan aku berkata, "Sesungguhnya Rasulullah akan meninggalkan dunia ini sebelum aku sehingga tetaplah satu umat yang ditinggalkan olehnya nabinya." Maka aku menangis sehingga mengalir air mataku jatuh menetes pada wajah Rasulullah.


Rasulullah terbangun dari tidurnya seraya bertanya, "Apakah sebabnya sehingga engkau menangis wahai Ummul Mukminin?" Masa aku ceritakan kisah tadi kepadanya, lalu Rasulullah S.A.W bertanya, "Bagaimanakah keadaan yang hebat bagi mayit?" Kataku, "Tunjukkan wahai Rasulullah!"

Rasulullah S.A.W berkata, "Katakanlah!," Jawab Aisyah r.a : "Tidak ada keadaan lebih hebat bagi mayat ketika keluarnya mayat dari rumahnya di mana anak-anaknya bersedih hati di belakangnya. Mereka sama-sama berkata, "Aduhai ayah, aduhai ibu! Ayahnya pula mengatakan: "Aduhai anak!"


Rasulullah S.A.W bertanya lagi: "Itu juga termasuk hebat. Maka, manakah lagi yang lebih hebat daripada itu?" Jawab Aisyah r.a : "Tidak ada hal yang lebih hebat daripada mayat ketika ia diletakkan ke dalam liang lahad dan ditimbuni tanah ke atasnya. Kaum kerabat semuanya kembali. Begitu pula dengan anak-anak dan para kekasihnya semuanya kembali, mereka menyerahkan kepada Allah berserta dengan segala amal perbuatannya." Rasulullah S.A.W bertanya lagi, "Adakah lagi yang lebih hebat daripada itu?" Jawab Aisyah, "Hanya Allah dan Rasul-Nya saja yang lebih tahu."

Maka bersabda Rasulullah S.A.W : "Wahai Aisyah, sesungguhnya sehebat-hebat keadaan mayat ialah ketika orang yang memandikan masuk ke rumahnya untuk memandikannya. Maka keluarlah cincin di masa remaja dari jari-jarinya dan ia melepaskan pakaian pengantin dari badannya. Bagi para pemimpin dan fuqaha, sama melepaskan serban dari kepalanya untuk dimandikan.


Di kala itu rohnya memanggil, ketika ia melihat mayat dalam keadaan telanjang dengan suara yang seluruh makhluk mendengar kecuali jin dan manusia yang tidak mendengar. Maka berkata roh, "Wahai orang yang memandikan, aku minta kepadamu kerana Allah, lepaskanlah pakaianku dengan perlahan-lahan sebab di saat ini aku beristirahat dari kesakitan sakaratul maut." Dan apabila air disiram maka akan berkata mayat, "Wahai orang yang memandikan akan roh Allah, janganlah engkau menyiram air dalam keadaan yang panas dan janganlah pula dalam keadaan sejuk kerana tubuhku terbakar dari sebab lepasnya roh," Dan jika mereka memandikan, maka berkata roh: "Demi Allah, wahai orang yang memandikan, janganlah engkau gosok tubuhku dengan kuat sebab tubuhku luka-luka dengan keluarnya roh."

Apabila telah selesai dari dimandikan dan diletakkan pada kain kafan serta tempat kedua telapaknya sudah diikat, maka mayat memanggil, "Wahai orang yang memandikanku, janganlah engkau kuat-kuatkan dalam mengafani kepalaku sehingga aku dapat melihat wajah anak-anakku dan kaum keluargaku sebab ini adalah penglihatan terakhirku pada mereka. Adapun pada hari ini aku dipisahkan dari mereka dan aku tidakakan dapat berjumpa lagi sehingga hari kiamat."


Apabila mayat dikeluarkan dari rumah, maka mayat akan menyeru, "Demi Allah, wahai jemaahku, aku telah meninggalkan isteriku menjadi janda, maka janganlah kamu menyakitinya. Anak-anakku telah menjadi yatim, janganlah menyakiti mereka. Sesungguhnya pada hari ini aku akan dikeluarkan dari rumahku dan meninggalkan segala yang kucintai dan aku tidak lagi akan kembali untuk selama-lamanya."

Apabila mayat diletakkan ke dalam keranda, maka berkata lagi mayat, "Demi Allah, wahai jemaahku, janganlah kamu percepatkan aku sehingga aku mendengar suara ahliku, anak-anakku dan kaum keluargaku. Sesungguhnya hari ini ialah hari perpisahanku dengan mereka sehingga hari kiamat."

Pahlawan Neraka


Suatu hari satu terjadi pertempuran di antara pihak Islam dengan pihak Musyrik. Kedua belah pihak berjuang dengan hebat untuk mengalahkan antara satu sama lain. Tiba saat pertempuran itu diberhentikan seketika dan kedua-dua pihak pulang ke markas masing-masing.

Di sana Nabi Muhammad S.A.W dan para sahabat telah berkumpul membincangkan tentang pertempuran yang telah terjadi itu. Peristiwa yang baru mereka alami itu masih terbayang-bayang di ruang mata. Dalam perbincangan itu, mereka begitu kagum dengan salah seorang dari sahabat mereka yaitu, Qotzman. Semasa bertempur dengan musuh, dia kelihatan seperti seekor singa yang lapar membaham mangsanya. Dengan keberaniannya itu, dia telah menjadi buah mulut ketika itu.



"Tidak seorang pun di antara kita yang dapat menandingi kehebatan Qotzman," kata salah seorang sahabat.
Mendengar perkataan itu, Rasulullah pun menjawab, "Sebenarnya dia itu adalah golongan penduduk neraka."
Para sahabat menjadi heran mendengar jawapan Rasulullah itu. Bagaimana seorang yang telah berjuang dengan begitu gagah menegakkan Islam masuk dalam neraka. Para sahabat berpandangan antara satu sama lain apabila mendengar jawapan Rasulullah itu.

Rasulullah sadar para sahabatnya tidak begitu percaya dengan ceritanya, lantas baginda berkata, "Semasa Qotzman dan Aktsam keluar ke medan perang bersama-sama, Qotzman telah mengalami luka parah akibat ditikam oleh pihak musuh. Badannya dipenuhi dengan darah. Dengan segera Qotzman mengambil pedangnya dari atas tanah, dan mata pedang itu dihadapkan ke dadanya. Lalu dia terus membenamkan mata pedang itu ke dalam dadanya."

"Dia melakukan perbuatan itu adalah kerana dia tidak tahan menanggung kesakitan akibat dari luka yang dialaminya. Akhirnya dia mati bukan kerana berlawan dengan musuhnya, tetapi membunuh dirinya sendiri. Melihatkan keadaannya yang parah, orang menyangka dia akan masuk syurga. Tetapi dia telah menunjukkan dirinya sebagai penduduk neraka."

Menurut Rasulullah S.A.W lagi, sebelum dia mati, Qotzman ada mengatakan, katanya, "Demi Allah aku berperang bukan kerana agama tetapi hanya sekadar menjaga kehormatan kota Madinah supaya tidak dihancurkan oleh kaum Quraisy. Aku berperang hanyalah untuk membela kehormatan kaumku. Kalau tidak kerana itu, aku tidak akan berperang."

Riwayat ini telah dirawikan oleh Luqman Hakim.

Rindu Ini


Salah satu ciri seorang yang beriman adalah ketika disebut nama Allah
maka bergetarlah hatinya.
Bergetar kerana takut akan azab-Nya,
Bergetar kerana mengharap Ridho-Nya,
Dan bergetar kerana rindu ingin berjumpa dengan-Nya.

Seseorang apabila nama yang dikasihi disebut didepannya,
dan ia tidak merasakan getaran, maka dipertanyakan kecintaan dan
kerinduannya,
maka Allah menggambarkan dalam firman-Nya untuk hamba-hamba-Nya yang
merindui-Nya: “… dan
apabila disebut nama Allah maka bergetarlah hatinya.” (QS. Al-Anfal :2).

Bayangkan …hanya dengan disebut nama-Nya maka bergetar hatinya…

Bagaimana dengan hati ini?
Cintakah kita dengan-Nya?
Rindukah kita dengan-Nya?

Dalam hadist Qudsi Allah berfirman “Sesungguhnya Aku sesuai dengan
prasangka hambaKu”

Bila hati ini rindu kepada-Nya ,maka diapun(allah) akan rindu ,Bila hati ini ingin berjumpa dengan-Nya , maka diapun bersedia tuk berjumpa,
Subhanallah, bahagia orang yang merasakan getaran ketika nama Allah
disebut.

Jangan katakan kita cinta Rasul, kalau hati tidak bergetar ketika
mendengar nama Rasul.
Jangan katakan kita merindukan Rasul kalau hati tak bergejolak ketika
nama Rasul disebut.

Begitu juga ketika seseorang merindui seseorang yang dikasihi, ingin
hati berjumpa, mendengar dan bicara dengannya.
Walaupun satu kata yang terlontar dari orang yang dirindui,
Itu akan mengobati rasa rindu.

Subhanallah, Maha Suci Allah yang menciptakan rasa rindu,
Setiap orang mempunyai rasa rindu,
seorang lelaki rindu seorang isteri solehah,
seorang wanita rindu seorang suami soleh,
seorang yang beriman rindu akan kebenaran,
seorang yang bertakwa rindu berjumpa dengan Allah.
Ya Rabb, syukur aku telah kau anugerahkan dengan rindu.
Ya Rabb, jawablah rindu ini.
Ya Rabb, kumpulkan aku bersama orang yang merinduiMu…

(Amien)

Maulidan Yuk


Dalam sebuah kesempatan saat bersama para sahabatnya, Rosululloh S.a.w bertutur :"ajari anak-anak kalian 3 hal : @ baca alqur'an @ cinta Nabi kalian @ dan cinta keluarganya" (H.R. Atthobaroni). Nah, praktek, penerapan dan cara menumbuhkan cinta Nabi di hati kita, teramat banyak. Salah satunya adalah dengan memperingati hari kelahiran beliau, atau kita mengenalnya dengan istilah MAULID. Jadi, maulid adalah salah satu bentuk dan aplikasi, juga media untuk menumbuhkan rasa cinta pada Nabi.

Memang terjadi perdebatan keras soal maulid itu sendiri, ada sekelompok orang yang dengan begitu gigih mengingkarinya, dan menyatakan bahwa hal itu bid'ah, tidak pernah dilakukan oleh Nabi dan para salah shaleh setelahnya. Yang lebih ekstrem menyatakan, bahwa pelaku maulid adalah orang-orang yang tersesat. Sebuah stempel yang sangat mengerikan.

Terlepas dari semua itu, sebenarnya ada banyak kejanggalan. Maulid bid'ah? Oke, secara istilah bahasa memang bid'ah, karena hal baru, tapi apakah bid'ah syar'iyyah? Jika menyatakan bahwa maulid adalah bid'ah syar'iyyah maka tentu hal yang lucu, kenapa? Sebab bid'ah jenis ini (yang memang sesat) adalah hanya untuk masalah ibadah. Pertanyaannya, apakah maulid itu ibadah? Tak satupun orang yang masih waras bilang bahwa maulid adalah ibadah. Karena maulid bukan ibadah. Maka tentu maulid tidaklah bid'ah yang sesat itu.

Oke, tapi kan tidak ada di zaman Nabi, beliau ga ngelakuin? Sebuah pertanyaan timbul, apakah hal yang tak dilakukan Nabi lantas artinya hal itu terlarang? Apakah ketiadaan Nabi tidak melakukan sesuatu itu adalah sebuah dalil? padahal dalam kaidah dinyatakan, ketiadaan dalil tidak menunjukkan bahwa itu dalil. Jika memang maulid dilarang, oke, adakah 1 dalil saja yang menyatakan secara terang-terangan bahwa maulid dilarang? Sampai tangan kamu gempor cari hadits yang melarang maulid pun ga akan ada. Nah, hal yang tidak ada dalilnya gini, dalam kaidah fiqih menunjukkan bolehnya dikerjakannya hal tersebut. Ini jika memang mereka yang kontra maulid memaksakan diri bahwa maulid harus berdalil (dan memang ada 21 dalil berhubungan dengan maulid di sana)

Terlepas dari ada atau tidak adanya dalil, maulid sendiri adalah sebuah ekspresi atas cinta Nabi, salahkah kita mengungkapkan cinta pada Nabi kita? Padahal cinta Nabi adalah perintah agama. Oke, ga apa tidak suka maulid, tapi setidaknya jangan menyalahkan orang yang mencintai Nabi dengan cara maulid. Lagi pula acara maulid sendiri kontainnya juga baca alqur'an, mendendangkan pujian pada Nabi, membaca sejarah beliau, bergembira atas kelahirannya, dan bersedekah dengan memberi makan pada orang yang hadir di acara itu. Apakah semua ini salah? Baca qur'an salah? Baca sejarah Nabi, salah? memuji beliau, apa juga salah? Memberi makan, bersedekah, apakah tidak boleh dan salah? Bukankah hal-hal ini semua berdalil dan di anjurkan agama? Oke, andai dalam acara maulid terjadi hal yang diharamkan, semisal bercampurnya laki-laki dan perempuan, maka kita pun mengingkarinya, tetapi bukan pada maulidnya, namun campur baurnya itu yang memang dilarang agama.

Problem tersendiri adalah saat kita memahami dalil hanya setengah-setengah dan tidak menyeluruh, atau mengartikannya sepotong tanpa melihat potongan yang lain. Atau hanya melihat satu dalil dan mengabaikan yang lain. Dan maulid ini adalah salah satu korban pemahaman nash yang tidak sempurna tadi. Alangkah meruginya orang yang menghalangi orang lain yang ingin mengekspresikan cintanya pada Rosulnya. Lebih memalukan lagi, ga mau maulid, tapi waktu diberi makanan oleh-oleh maulid, diembat juga.

Dalam sebuah cerita yang diriwayatkan Imam Al-bukhori di shahihnya, dikisahkan, bahwa Abu Lahab, musuh bebuyutan Nabi, di neraka mendapat keringanan tiap senin dengan minum air dari pangkal ibu jarinya, hanya sebab waktu Nabi dilahirkan, dia melonjak gembira dan membebaskan budaknya, tsuwaibah. Lantas bagaimana sekarang dengan orang yang dia setiap saat selalu gembira dengan Nabinya, bahagia dengan kelahirannya dan dia beriman padanya? Hal yang lucu tentu kalau ada orang mencintai Nabi malah dituduh sesat, kira-kira pergi ke mana akal orang yang seperti itu? Tidak malu apa kalah sama abu lahab, yang masih sempet mencintai Nabi?

Akhir catatan, cinta kita pada Nabi teramat kurang, malah mingkin kita tidak bisa total mencintainya, lalu jika tidak dengan acara-acara semacam ini, dengan apa lagi kita berusaha menumbuhkan cinta di hati kita? So, hayuk maulidan, ga usah ragu lagi, udah dapat cinta nabi, juga pulang dapat nasi, kenyang lahir batin, iya ga? Rizki jasmani juga rizki ruhani... Dan ga baik lho menolak rizki tu, hehehe...

Allahumma sholli wa sallim wa baarik alaih, wa ala alih :)

Mustajabnya Do'a Ibu


Doa seorang ibu sungguh mustajab. Balk doa kebaikan ataupun doa buruk. Rosululloh pernah menyampaikan suatu kisah menarik berkaitan dengan doa ibu. 5uatu kisah nyata yang terjadi pada masa sebelum Rosululloh yang patut diambil sebagai ibroh bagi orang-orang yang beriman.

Dahulu, ada tiga orang bayi yang bisa berbicara. Salah satunya adalah seorang bayi yang hidup pada masa Juraij. Juraij adalah seorang ahli ibadah, dia memiliki sebuah tempat ibadah yang sekaligus jadi tempat tinggalnya.

Suatu ketika Juraij sedang melaksanakan sholat, tiba-tiba ibunya datang memanggilnya: "Wahai Juraij". Dalam hatinya, Juraij bergumam: "Wahai Robbku, apakah yang harus aku dahulukan... meneruskan sholatku ataukah memenuhi panggilan ibuku?!".

Dalam kebimbangan, dia tetap meneruskan sholatnya. Akhirnya sang ibu pulang. Esok harinya, sang ibu datang lagi dan memanggil: "Wahai Juraij!". Juraij yang saat itu pun sedang sholat bergumam dalam hatinya: "Wahai Robbku, apakah aku harus meneruskan sholatku... Ataukah (memenuhi) panggilan ibuku?l". Tetapi dia tetap meneruskan sholatnya.

Sang ibu kembali pulang untuk-kedua kalinya. Ketiga kalinya, ibunya datang lagi seraya memanggil: "Wahai Juraij!". Lagi-lagi Juraij sedang menjalankan sholat. Dalam hatinya, ia bergumam: "Wahai Robbku, haruskah aku memilih meneruskan sholatku ataukah memenuhi panggilan ibuku?I". Tetapi dia tetap meneruskan sholatnya.

Akhirnya, dengan kecewa setelah tiga kali panggilannya tidak mendapat sahutan Bari anaknya, sang ibu berdoa: "Ya Alloh,janganlah engkau matikan Juraij hingga dia melihat wajah wanita pelacur".

Orang-orang Dani Israil (ketika itu) sering menyebut-nyebut mama Juraij serta ketekunan ibadahnya, sehingga ada seorang wanita pelacur berparas cantik jelita mengatakan: Jika kalian mau, aku akan menggodanya (Juraij).

Wanita pelacur itupun kemudian merayu dan mengwarkan diri kepada Juraij. Tetapi sedikitpun Juraij tak memperdulikannya. Namun apa yang kemudian dilakukan oleh wanita itu? Ia mendatangi seseorang yang tengah menggembala di sekitar tempat ibadah Juraij.

Lalu demi terlaksananya tipu muslihat, wanitu itu kemudian merayunya. Maka terjadilah perzinaan antara dia dengan penggembala itu. Hingga akhirnya wanita itu hamil.

Dan manakala bayinya telah lahir, dia membuat pengakuan palsu dengan berkata kepada orang-orang: "Bayi ini adalah anak Juraij." Mendengar hal itu, masyarakat percaya dan beramai-ramai mendatangi tempat ibadah Juraij, memaksanya turun, merusak tempat ibadahnya dan memukulinya.

Juraij yang tidak tahu masalahnya bertanya dengan heran: "Ada apa dengan kalian?". "Kamu telah berzina dengan wanita pelacur lalu dia sekarang melahirkan anakmu", jawab mereka.

Maka, tahulah Juraij bahwa ini adalah makar wanita Iacur itu. Lantas bertanya: "Dimana bayinya?". Merekapun membawa bayinya. Juraij berkata: "Biarkan saya melakukan sholat dulu", kemudian dia berdiri sholat.

5eusai menunaikan sholat, dia menghampiri si bayi lalu mencubit perutnya seraya bertanya: "Wahai bayi, siapakah ayahmu?" Si bayi menjawab: "Ayahku adalah si fulan, seorang penggembala".

Akhirnya, masyarakat bergegas menghampiri Juraij, mencium dan mengusapnya. Mereka minta maaf can berkata: "Kami akan membangun tempat ibadahmu dari emas". Juraij mengatakan: "Tidak, bangun saja seperti semula yaitu dari tanah Hat". Lalu merekapun mengerjakannya.

Hikmah yang bisa dipetik dari kisah ini

Di antara hikmah 1 yang bisa dipetik dari sini adalah:

1. Menetapkan adanya mu'jizat bagi para Nabi dan karomah bagi para wali Alloh.
2. Wajibnya mendahulukan birrul walidain daripada perkara-perkara sunnah, seperti sholat (sunnah) dan sejenisnya.
3. Keutamaan ilmu daripada ibadah. Juraij adalah seorang ahli ibadah tetapi bukan ahli ilmu. Seandainya dia berilmu, niscaya dia akan mendahulukan panggilan ibunya daripada ibadah sunnahnya.
4. Doa ibu adalah mustajab (terkabulkan).
5. Fitnah terbesar yang menimpa suatu umat adalah fitnah wanita.
6. Fitnah tidaklah membahayakan bagi orang yang beriman.
7. Apapun problematika yang menimpa, solusinya adalah memohon pertolongan kepada Alloh saja dengan sholat dan doa.

darI sebUah sumber?"

Yang Abadi


Diriwayatkan seorang raja berhasil membangunkan kota dengan segala keperluannya yang cukup megah. Kemudian raja itu mengundang rakyatnya untuk berpesta ria menyaksikan kota itu. Pada setiap pintu, penjaga diperintahkan untuk menanyai setiap pengunjung adakah cela dan kekurangan kota yang dibangunnya itu. Hampir seluruh orang yang ditanyai tidak ada cacat dan celanya. Tetapi ada pengunjung yang menjawabnya bahawa kota itu mengandungi dua cacat celanya. Sesuai dengan perintah raja, dia ditahan untuk dihadapkan kepada raja.

"Apa lagi cacat dan cela kota ini?" tanya raja. "Kota itu akan rusak dan pemiliknya akan mati." Jawab orang itu. Tanya raja, "Apakah ada kota yang tidak akan rusak dan pemiliknya tidak akan mati?" "Ada. Bangunan yang tidak boleh rusak selamanya dan pemiliknya tidak akan mati." Jawab nya. "Segera katakan apakah itu." Desak raja. "Surga dan Allah s.w.t. pemiliknya," jawabnya tegas. Mendengar cerita tentang surga dan segala keindahannya itu, sang raja menjadi tertarik dan merinduinya. Apa lagi ketika mereka menceritakan tentang keadaan neraka dan azabnya bagi manusia yang sombong dan ingin menandingi Tuhan. Ketika dia mengajak raja kembali ke jalan Allah s.w.t., raja itu pun ikhlas mengikutinya. Ditinggalkan segala kemegahan kerajaannya dan jadilah ia hamba yang taat dan beribadah kepada Allah s.w.t.
 
Support : Copyright © 2015. Putra Martapura Blog - All Rights Reserved
Proudly powered by M. Firdaus Habibi
.comment-content a {display: none;} -->